Ahad 14 Feb 2016 11:35 WIB

Membatik Arsitektur dengan Fabrikasi Digital

Fabrikasi Digital
Foto: Dok: UMJ
Fabrikasi Digital

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wafirul Aqli (Dosen Program Studi Arsitektur FT-Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Batik sebagai kain bergambar dan digunakan untuk bahan sandang telah menjadi identitas sebagian besar orang Indonesia.

Dengan teknik pembuatan menorehkan malam hingga teknik ikat dan celup, membatik telah menghasilkan ekspresi nilai seni tinggi yang tidak dimiliki budaya lain, sehingga telah menjadi salah satu atribut utama mewakili karakter budaya Indonesia.

Semakin berkembangnya kebanggaan akan berbatik, kesenian batik kian diapresiasi tidak hanya dalam hal berpakaian, tetapi juga digunakan menjadi elemen estetika dalam karya-karya lain selain produk fashion.

Mulai dari layanan transportasi taksi hingga pesawat terbang menghias armadanya dengan motif batik, produk gawai pun bisa dilengkapi aksesoris-aksesoris yang terkustomisasi dengan tema batik. Tidak ketinggalan, belakangan ini sering  kita temui kesenian batik juga diaplikasikan pada karya-karya arsitektur dan interior sebagai elemen estetis.

Penerapan tema batik pada karya interior relatif lebih mudah dilakukan sehingga lebih banyak kita jumpai batik menjadi elemen penghias mulai dari lobi perkantoran, hotel, hingga ruang-ruang di rumah tinggal.

Kemudahannya meliputi pemilihan bentuk dan bahan penghias yang lebih beragam seperti misalnya material kain, kayu yang diukir atau lainnya yang masih dapat dikerjakan langsung dengan tangan si pengrajin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement