Selasa 24 Jul 2012 16:45 WIB

Pelaku Ekonomi Perlu Kedepankan Moral

Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku ekonomi diimbau untuk mengedepankan etika moral dalam berusaha. Hal ini supaya tidak terjadi perampasan hak konsumen, pelanggaran dan penindasan terhadap karyawan ataupun buruh.

''Dengan landasan etika sebagai ajaran baik dan buruk dalam berusaha akan dapat memakmurkan negara dan rakyat dari kemiskinan dan kesengsaraan,”  ujar Direktur Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) Syahrial Yusuf, di Jakarta.

Pemikiran itu disampaikannya, karena pelaku ekonomi kapitalis tidak lagi mempertimbangkan etika moral dalam berusaha. Dengan tidak merasa berdosa, melakukan segala cara untuk meraih keuntungan absolute yang sangat bertentangan dengan ajaran agama manapun, terutama islam. “Bahkan dengan kecenderungan seperti itu, para pelaku ekonomi pun dengan sengaja melawan hokum, berkolusi dengan penguasa untuk menjarah aset aset Negara yang harus diselamatkan untuk kepentingan rakyat” tegas Syahrial.

Dari realitas itu, lanjjutnya dapat dikatakan motivasi pebisnis nasional kita masih sangat rendah, yang hanya memburu keuntungan, sehingga terjebak pada permainan kotor seperti illegal logging, perdagangan anak, perdagangan perempuan, dan korupsi yang terstrktur.

Menurut ekonomi barat, De George, inilah mitos bisnis amoral yang cenderung menjadi pijakan filosois dan perilaku umum kaum pebisnis, dengan menganggap tidak ada relevansinya membicarakan moral etika dalam berbisnis.

Syahrial yang juga rektor di salah satu perguruan tinggi itu menegaskan, para pelaku ekonomi tidak perlu khawatir tidak mendapatkan keuntungan dengan tetap beristiqomah dalam berbisnis. Alquran memberikan petunjuk melalui empat pendekatan sekaligus, yakni kesatuan (unity), keseimbangan (equibilirium), kebebasan (free will) dan tanggung jawab (responsibility).

“Melalui keempat pendekatan itu, tidak hanya pengusaha yang menerima keuntungan, tetapi juga bangsa dan Negara ini, karena hak konsumen, hak karyawan/buruh terpenuhi secara manusiawi yang islami, serta aset Negara akan terus bertambah karena tidak dijarah,” paparnya. (adv)

LP3I

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement