Senin 13 Feb 2012 21:15 WIB

Mujahidah: Shafiyyah binti Huyay, Cendekiawan Keturunan Yahudi (2)

Rep: c81/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika itu, Huyay berjanji untuk mendukung dan memberikan pertolongan kepada mereka jika mereka melepaskan perjanjian tidak mengkhianati kaum Muslimin (Perjanjian Hudaibiyah).

Namun, ketika kaum Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, Huyay melepaskan tanggungjawab dan tidak menghiraukan mereka lagi.

Hal lain adalah sikapnya terhadap orang-orang Quraisy Makkah. Huyay pergi ke Makkah untuk menghasut kaum Quraisy agar memerangi kaum Muslimin, dan mereka menyuruhnya mengakui bahwa agama mereka (Quraisy) lebih mulia daripada agama Muhammad, dan tuhan mereka lebih baik daripada Tuhan Muhammad.

Shafiyyah telah dua kali menikah sebelum dengan Rasulullah SAW. Suami pertamanya bernama Salam bin Musykam, salah seorang pemimpin Bani Quraizhah. Namun, rumah tangga mereka tidak berlangsung lama.

Suami keduanya bernama Kinanah bin Rabi’ bin Abil Hafiq, yang juga salah seorang pemimpin Bani Quraizhah yang diusir Rasulullah dan kemudian menetap di Khaibar.

Tepatnya pada bulan Muharam tahun ketujuh hijriyah, Nabi SAW memimpin tentara Islam untuk menaklukkan Khaibar, benteng terkuat dan terakhir kaum Yahudi. Perang berlangsung dahsyat hingga beberapa hari lamanya, dan akhirnya kemenangan ada di tangan umat Islam.

Benteng-benteng mereka berhasil dihancurkan, harta benda mereka menjadi harta rampasan perang, dan kaum wanitanya pun menjadi tawanan perang. Di antara tawanan perang itu terdapat Shafiyyah, putri pemimpin Yahudi yang ditinggal mati suaminya.

Kemudian Bilal membawa Shafiyyah dan putri pamannya menghadap Nabi SAW. Di sepanjang jalan yang dilaluinya terlihat mayat-mayat tentara kaumnya yang dibunuh. Hati Shafiyyah sangat sedih melihat keadaan itu, apalagi jika mengingat bahwa dirinya menjadi tawanan kaum Muslimin.

Rasulullah SAW memahami kesedihan yang dialaminva, kemudian beliau bersabda kepada Bilal, “Sudah hilangkah rasa kasih sayang di hatimu, wahai Bilal, sehingga engkau tega membawa dua orang wanita ini melewati mayat-mayat suami mereka?”

Rasulullah SAW memilih Shafiyyah sebagai istri setelah terlebih dahulu menawarkan Islam kepadanya dan kemudian diterimanya. Shafiyyah telah banyak memikirkan Rasulullah Muhammad SAW sejak dia belum mengetahui kerasulan beliau. Keyakinannya bertambah besar setelah dia mengetahui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Anas RA berkata, “Rasulullah ketika hendak menikahi Shafiyyah binti Huyay bertanya kepadanya, ‘Adakah sesuatu yang engkau ketahui tentang diriku?’ Dia menjawab, ‘Ya Rasulullah, aku sudah mengharapkanmu sejak aku masih musyrik, dan memikirkan seandainya Allah mengabulkan keinginanku itu ketika aku sudah memeluk Islam.” Ungkapan Shafiyyah tersebut menunjukkan rasa percayanya kepada Rasulullah dan rindunya terhadap Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement