Rabu 15 Jun 2011 15:11 WIB

Selesaikah Masalah dengan Bentakan?

Meluapkan kemarahan/Ilustrasi
Foto: Corbis.com
Meluapkan kemarahan/Ilustrasi

"Sudah, diam kamu..!

"pergi sana..!"

"jadi kamu  mau apa.?"

"Kau pikir dirimu siapa..?"

"stooppp…"!!!

Subhanallah, sungguh bentakan sering kali terdengar dimana-mana, membuat hati menjadi kecut, terutama bila diri ini yang menjadi korban bentakan.Seringkali orang menggunakan metode membentak untuk menghentikan dengan segera perbuatan atau percakapan orang lain yang dianggap mengganggunya.

Dengan bentakan maka masalah seakan selesai, pertanyaan yang mengganggu berhenti, dan timbullah kepuasan walau sebetulnya terdapat ketidaknyamanan bagi si pembentak, dan dia bisa bernafas lega dan beralih pada pekerjaan atau pikiran yang lain. Namun bagi yang dibentak, serasa terngiang-ngiang terus bentakan tersebut, membuat hati menjadi kecut, dan sakit, tanpa disadari, terutama bila teringat-ingat pada bentakan yang dihujamkan, maka sedikit demi sedikit luka dihati semakin parah, dan berakibat timbullah yang namanya dendam kesumat.

Waktu kami masih kecil, kami kerap makan martabak kare di tenda kecil di pusat makanan daerah roxy, jembatan lima, kota, di Jakarta. Salah seorang tukang masak di restaurant seafood sebelah warung martabak kare tersebut yang kami kenali sebagai tukang masak yang handal,karena gayanya cukup berisik dan bila masak, bunyi kuali penggorengan begitu nyaring berdentang dan mulutnya ikut bunyi mengucapkan ini dan itu, bahkan sesekali membentak pelayan restaurant yang hanya diam saja, dibentak dan diteriaki macam-macam.

Sampai suatu hari,kami tidak lagi mendengar keberisikan yang ditimbulkan oleh sang tukang masak tersebut, ketika kami bertanya dengan heran, maka terungkaplah cerita, bahwa sang tukang masak ternyata masuk rumah sakit. Ternyata si pelayan merasa sakit hati dengan tingkah lakunya yang selalu membentak dan berteriak-teriak memaki, menyakitkan hati, sehingga menyempatkan diri menusuk si tukang masak dengan pisau pemotong sayur.

Orang dewasa saja mengalami sakit hati yang lumayan dahsyat bila sering dibentak oleh seseorang, apalagi anak-anak..? Yang hatinya lebih lembut, jiwanya lebih perasa dan polos.

Maka pernahkah kita membayangkan bagaimana hancurnya hati si anak yang lembut itu, bila kita orang tua membentaknya untuk menghentikan semua celotehnya yang kadang membuat orang tua kesal?. Juga rengekannya yang memusing kan kepala, dan teriakannya yang membuat rasa lelah semakin bertambah, sementara itu semua sering kali kita tutup dan selesaikan dengan membentak, agar semua kepusingan kita hilang atau ulah anak-anak yang serasa mengganggu ketentraman kita, dengan ucapan yang simple namun menyakitkan. " diaaammmmm…!"

Masya Allah, haruskah kita menutup persoalan dengan membentak..? apakah betul masalah selesai dengan baik bila membentak..? bukan nya malah membentuk masalah baru,? yaitu..mengobati hati..anak yang terluka, dan teladan, ….dimana bisa jadi anak-anak akan mengikuti cara kita membentak, sehingga dia menjadi orang yang suka membentak entah pada pembantu di rumah, atau kawan yang lebih kecil dan atau adiknya sendiri.

Maka,…pikirlah sebelum berteriak…dampak dari pada membentak…

" Dan sebutlah (nama ) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai " (qs : Al-A'Raaf : 205 )

 

 Fifi.P.Jubilea

Founder and Conceptor of JISc

[email protected] 

bundafe : penulis artikel konsultasi pendidikan anak, remaja dan keluarga

http://www.jakartaislamicschool.com/

www.bundafe.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement