Ahad 11 Nov 2018 11:22 WIB

Pemerintah Diminta Ubah Materi dan Pola Ajar Matematika

Paradigma guru, orang tua, siswa dan masyarakat terhadap nilai juga mesti diubah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ratna Puspita
Belajar Matematika dan IPA dengan cara menyenangkan melalui Fun Math and Science.
Foto: KPM
Belajar Matematika dan IPA dengan cara menyenangkan melalui Fun Math and Science.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mendesak pemerintah untuk mengubah materi dan pola ajar mata pelajaran matematika di sekolah. Sebab, menurut dia selama ini pola ajar matematika tidak didesain menyenangkan, dan materinya pun tidak kontekstual.

Menurut dia, selama ini guru hanya terfokus mengajarkan rumus-rumus dan teori saja. Karena itu, anak selalu kebingungan ketika harus mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata atau sekadar untuk menjawab soal cerita.

"Kita harus mulai back to basic artinya kembali ke dasar lagi. Jadi guru bukan lagi fokus mengajarkan rumusnya tapi skillnya," kata Indra yang juga menjabat sebagai direktur utama PT Eduspec Indonesia kepada Republika.co.id, Ahad (11/11).

Perubahan, kata Indra, mutlak dilakukan oleh pemerintah. Jika tidak maka anak Indonesia akan mengalami darurat matematika. Karena saat ini, untuk menjawab 1/3 dikurangi 1/6 saja, anak-anak kesulitan.

"Berhitung dasar saja kalau dari kajian itu parah sekali. Bahkan orang dewasa saja mungkin kebingungan kan? Inilah yang salah dari pola ajar kita," jelas Indra.

Selain itu, paradigma guru, orang tua, siswa dan masyarakat terhadap nilai juga mesti diubah. Jika hanya mengacu pada nilai maka substansi dari ilmunya menjadi nomor dua.

Menurut dia, selama ini cara guru dalam memberikan nilai kepada siswa tidak bisa disama-ratakan. "Hilangkan mengejar nilai, karena angka itu kan tidak konsisten. Dalam ujian misal, soal-soal itu kan biasanya tingkat kesulitan berbeda. Jadi nilai nya pun jelas tidak sama," kata Indra.

Pola ajar matematika yang selalu dianggap sulit harus diubah menjadi yang menyenangkan. Perubahan itu, kata dia, merupakan tantangan terbesar bagi pemerintah, sekolah khususnya guru. Selain kekurangan guru PNS, kualitas guru di Indonesia juga masih rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement