Kamis 20 Sep 2018 00:37 WIB

Kemendikbud Telusuri Macetnya Honor Penari Ratoh Jaroe

Inasgoc mengaku telah membayarkan seluruh uang operasional 2.000 penari.

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Ratna Puspita
Penari membawakan tari Ratoh Jaroe saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8).
Foto: Antara/Inasgoc/Rosa Panggabean
Penari membawakan tari Ratoh Jaroe saat Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menelusuri dugaan macetnya honor ribuan penari khas Aceh Ratoh Jaroe pada pembukaan Asian Games 2018. Kemendikbud juga telah meminta agar dinas pendidikan dan sekolah yang bersangkutan segera mengklarifikasinya.

"Sedang kami telusuri, saya sudah minta sesditjen dikdasmen untuk segera mengklarifikasi dengan dinas pendidikan dan sekolahnya," kata Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (18/9).

Sebanyak 2.000 siswa SMA di Jakarta menampilkan tari Ratoh Jaroe Aceh saat pembukaan Asian Games 2018 pada 18 Agustus lalu. Aksi tarian mereka mampu memukau mata dunia dan menjadi pembicaraan warganet dunia khususnya Asia. Kesuksesan pembukaan Asian Games 2018 secara keseluruhan telah memberikan rasa kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, honor ribuan penari Aceh Ratoh Jaroe pada Asian Games 2018 diduga bermasalah. Penari yang terdiri dari 18 sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta ini belum menerima honornya meski Asian Games berakhir beberapa pekan yang lalu.

Di sisi lain, panitia penyelenggara Asian Games (Inasgoc) mengaku telah membayarkan termin ketiga honor penari Aceh tersebut pada Senin (17/9). Dengan demikian, Sekretaris Jenderal Inasgoc Eris Herriyanto mengatakan uang operasional 2.000 penari pada pembukaan Asian Games 2018 telah seluruhnya dibayarkan.

Ia menerangkan mekanisme pembayarannya, yakni panitia melakukan pembayaran melalui transfer bank ke rekening sekolah asal penari. "Panitia memastikan bahwa pembayaran uang operasional telah dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada April, Juli, dan terakhir 17 September lalu," ujar Eris seperti dikutip dari rilis Inasgoc, Selasa (18/9).

Eris menjelaskan tiap penari berhak mendapatkan uang operasional sebesar Rp 200 ribu untuk setiap kali latihan. Eris menjelaskan uang operasional tersebut sebagai salah satu bentuk apresiasi kepada para penari yang telah mengharumkan nama bangsa.

Eris menambahkan uang operasional tersebut digunakan untuk mendukung persiapan dan latihan para penari baik yang dilakukan di sekolah, stadion atau tempat lain. "Mereka diharuskan terus berlatih di sekolah dan paling tidak telah melakukan 15 kali gladi di luar sekolah," kata dia.

Pada kesempatan itu, Inasgoc sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kerja keras dari seluruh penari yang telah membuat Indonesia dipandang oleh seluruh dunia. Apalagi, para penari melakukan persiapan yang sangat melelahkan.

Eris menambahkan panitia juga sangat berterima kasih kepada guru dan orang tua mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. ''Kerja keras dan penampilan para penari tidak bisa dinilai dengan apapun. Tetapi apa yang telah dilakukan, akan selalu abadi di hati dan benak seluruh rakyat Indonesia juga dunia,'' kata Eris.

Sebanyak 2.000 penari tersebut berasal dari 18 SMA di Jakarta. Yakni SMA 70, SMA 6, SMA 3, SMA 71, SMA 82, SMA 66, SMA 4, SMA 68, SMA 78, SMA 23, SMA 49, SMA 34, SMA 48, SMA 90, SMA 46, SMA 24, SMA Angkasa 1 Halim dan SMA Dian Didaktika. Dari sekolah tersebut, SMA 70 menyumbangkan penari terbanyak yakni 331 penari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement