Sabtu 08 Sep 2018 18:37 WIB

Kemendikbud Berikan Anugerah Aksara

Terdapat 11 provinsi yang persentase buta aksaranya masih di atas rata-rata nasional.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, DELI SERDANG -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan penghargaan kepada empat kabupaten/kota. Keempat daerah itu dinilai telah berhasil dalam penuntasan buta huruf. 

Pemberian penghargaan dilakukan pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-53, di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (8/9). Empat kabupaten tersebut adalah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara; Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur; Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kota Tegal, Jawa Tengah. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir ini, Indonesia patut bersyukur karena berhasil meningkatkan keaksaraan masyarakat secara signifikan. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, Indonesia telah membuktikan keberhasilannya dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang dideklarasikan di Dakar. 

"Oleh sebab itu, kita patut memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang telah berhasil menurunkan angka buta huruf secara signifikan di daerahnya," ujar Muhadjir Effendy di puncak peringatan HAI di Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (8/9).

Mendikbud mengemukakan, sampai saat ini, tercatat terdapat 11 provinsi yang persentase buta aksaranya masih di atas rata-rata nasional yakni 2,07 persen. Ia menyampaikan tugas untuk mengentaskan buta aksara dan membebaskan bangsa ini dari kebutaaksaraan, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 

"Dengan terbebasnya bangsa ini dari buta aksara, maka kualitas sumber daya manusia akan semakin meningkat," katanya.

Dalam pengembangan masyarakat, ia mengatakan, pemerintah memberikan layanan program pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan di daerah terpadat buta aksara, daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T), dan komunitas adat terpencil/khusus. Selain itu juga pemerintah memberikan layanan melalui program “Kampung Literasi” dan “Desa Vokasi”. 

"Melalui program ini diharapkan dapat membentuk kawasan desa inisiator pengembangan budaya baca masyarakat dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha yang memanfaatkan potensi sumber daya dan kearifan budaya lokal, lebih khusus di daerah-daerah 3T," lanjutnya. 

Untuk menumbuhkan kesungguhan dan komitmen pemerintah, pemerintah daerah, dan dukungan seluruh masyarakat, peringatan HAI 2018 mengangkat tema ”Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya”. Muhadjir menjelaskan, tema ini merupakan inspirasi kepada kita tentang kesungguhan dan komitmen untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan pendidikan keaksaraan sebagai fondasi gerakan pemberdayaan masyarakat, bukan sekedar penuntasan buta aksara semata tetapi juga untuk menumbuhkembangkan keaksaraan dalam arti yang lebih luas.

Dia menambahkan, keberaksaraan atau literasi yang dirumuskan oleh World Economic Forum (2016), merupakan kecakapan orang dewasa abad 21. Terdapat enam literasi dasar yang harus dikuasai oleh setiap orang dewasa, yakni: 1) baca tulis, 2) numerasi, 3) sains, 4) digital, 5) finansial, serta 6) budaya dan kewargaan.

"Literasi dan Pengembangan Keterampilan menunjukkan bahwa keaksaraan bukan hanya sekadar prioritas pada aspek baca, tulis, hitung (calistung), tetapi juga pentingnya pengembangan keterampilan sebagai investasi yang sangat penting bagi masa depan dan kemajuan bangsa yang bermartabat," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement