Senin 30 Jul 2018 18:50 WIB

Milenial Banyak Baca Tetapi Mudah Termakan Hoaks

Saat ini literasinya lebih instan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Pradana Boy ZTF
Foto: Humas UMM
Pradana Boy ZTF

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tingkat kemelekan kalangan milenial terhadap bacaan memang sudah cukup tinggi dibandingkan sebelumnya. Namun kalangan ini mudah terjerumus informasi yang belum tentu benar.

Asisten Staf Khusus Kepresidenan Bidang Keagamaan Internasional, Pradana Boy mengatakan, hakikat literasi mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Saat ini literasinya lebih instan. Contohnya kita banyak baca melalui media sosial Facebook dan sebagainya. Tapi apa ada jaminan informasi itu benar? Kepada siapa informasi itu diadukan (kebenarannya)? Kita sudah alami pergeseran hakikat literasi," kata Pegiat Literasi ini di Gazebo Literasi, Dau, Kabupaten Malang.

Boy menyontohkan fenomena literasi instan lainnya saat menganalisis hasil penelitian mahasiswanya. Dia sempat beberapa kali menemukan tugas mahasiswanya yang benar-benar mengkloning penelitian lain. Sang mahasiswa sepertinya tidak melakukan pemeriksaan detail sehingga diketahui olehnya.

"Kalau seperti ini jadinya merusak reputasi orang tersebut karena sudah terbukti memanipulasi informasi," tambah Boy.

Contoh lain, Boy menyebutkan, bagaimana masyarakat lebih percaya pada literasi instan dibandingkan pendapat para pakar. Situasi ini jelas menyebabkan "matinya kepakaran" seseorang karena masyarakat lebih percaya pada literasi tak selalu benar itu. Menurut Boy, situasi ini pernah ditulis dan dirangkum dalam sebuah buku di Amerika Serikat.

Dengan melihat situasi ini, Boy berpendapat, perlunya digerakkan kembali literasi tradisional. Literasi ini berarti menggunakan informasi terpercaya dalam bentuk fisik seperti buku. Kemudian perlu dihadirkan juga seorang guru atau ahli yang dapat menjadi acuan untuk mengonfirmasi data.

Boy sendiri tidak mempermasalahkan penggunaan sumber data dalam bentuk digital seperti Facebook. Hal yang paling penting, dia melanjutkan, individu tersebut harus bijak menggunakan dan memahaminya.

"Dan mengenai cara bagaimana menggalakkan literasi tradisional, kita bisa gunakan dengan model anak muda biasa seperti ngobrol bareng di suatu tempat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement