Rabu 30 May 2018 19:09 WIB

DIY Diusulkan Jadi Percontohan Pendidikan Berbasis Budaya

Yogyakarta pantas sebagai tempat belajar budaya Jawa.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Kunjungan kerja anggota Komisi X DPR ke Pemda DIY, Kepatihan Yogyakarta.
Foto: Neni Ridarineni.
Kunjungan kerja anggota Komisi X DPR ke Pemda DIY, Kepatihan Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komisi X DPR RI mengusulkan adanya kurikulum pendidikan berbasis budaya dari TK hingga SMA. Dewan sekaligus mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengalokasikan anggaran untuk itu.

Tak hanya itu, Komisi X juga mendorong DIY sebagai pilot poject (percontohan) kurikulum pendidikan berbasis budaya. "Karena Yogyakarta sebagai kota budaya, pendidikan, serta dunia mengakui Yogyakarta sebagai ibu kota budaya ASEAN," kata pimpinan rombongan Komisi X DPR RI, Djoko Udjianto, usai acara kunjungan kerja ke Pemda DIY, Kepatihan Yogyakarta, Rabu (30/5).

Dengan demikian, pihaknya menilai Yogyakarta pantas sebagai tempat belajar budaya Jawa. Selain Yogyakarta, paparnya, tentu saja juga Solo karena bicara kerajaan Mataram itu menyangkut Jawa dan Solo.

Menurut Djoko, yang akan ditunjuk sebagai pilot project kurikulum pendidikan berbasis budaya selain DIY, juga yang mewakili pulau besar seperti Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.

DPR, imbuhnya, ingin kurikulum pendidikan berbasis budaya ini ada jati diri yang khusus di masing-masing daerah, misalnya bahasanya seperti di Aceh ada bahasa Aceh, di Jawa Barat ada bahasa Sunda, dan lain-lain.

"Hal itu yang harus diangkat agar jangan sampai jati diri sebagai anak daerah hilang. Kalau orang Jawa Barat tidak bisa bahasa Sunda, itu salah," ujarnya.

Terkait hal itu, nantinya akan ada tambahan pelajaran khusus pendidikan berbasis budaya. "Saya rasa penambahan pelajaran khusus tersebut jangan didebatkan. Karena kita akan membentuk karakter manusia dan tidak mebebani bagi siswa, misalnya dalam satu pekannya 1-2 jam pelajaran," kata Djoko.

Anggota Komisi X DPR RI Esti Wijayati menambahkan pendidikan berbasis budaya, termasuk penguatan melalui kebudayaan, mendesak dilaksanakan dengan adanya peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi seperti radikalisme. Hal ini untuk mengikis radikalisme yang mulai muncul di anak-anak yang mungkin hal itu masuk tanpa disadari anak-anak.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, K Baskara Aji, mengatakan jika DIY ditunjuk menjadi pilot project kurikulum pendidikan berbasis budaya, hal ini sama dengan visi dan misi DIY yakni menjadi tempat pendidikan terkemuka di ASEAN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement