Selasa 22 May 2018 13:50 WIB

Memulihkan Psikologis Anak Pascaserangan Bom

Pendampingan kepada anak-anak dilakukan secara individu maupun kelompok.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
Anak kecil yang mengalami kekerasan kerap trauma/ilustrasi.
Anak kecil yang mengalami kekerasan kerap trauma/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan berbagai upaya dalam mengembalikan kota menjadi normal seperti biasanya, setelah terjadinya teror bom beberapa waktu lalu. Termasuk bagaimana memulihkan kondisi psikis anak-anak Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggandeng semua pihak, terutama para guru, psikolog, dan psikiater untuk bersama-sama bergandengan tangan menghilangkan rasa takut dan trauma anak-anak Surabaya. "Kita membuat tim yang terdiri dari para psikolog dan psikiater untuk bersama-sama menyembuhkan kondisi psikis dari anak-anak (korban) ini," kata Risma di Surabaya, Selasa (22/5).

Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut juga mengaku terus melakukan berbagai treatment khusus untuk mengembalikan kondisi anak-anak agar kembali normal seperti biasanya. Treatment tersebut dilakukan oleh para psikolog-psikolog handal.

"Terkait untuk treatment psikolog, kami sudah serahkan kepada ahlinya. Jika semua sudah clear, baru nanti saya akan masuk untuk memberikan semangat dan motivasi kepada anak-anak ini," ujar Risma.

Baca: KPAI Minta Anak Korban Teroris Diasuh Keluarga yang Tepat

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Antiek Sugiharti menyampaikan, pendampingan yang dilakukan kepada anak-anak ini, dilakukan melalui individu maupun kelompok, seperti di sekolah-sekolah. Pendampingan dilakukan tidak hanya bagi para korban, namun juga pada para teman korban yang merupakan anak dari para pelaku teror.

Antiek mengungkapkan, DP5A Kota Surabaya juga menggandeng para psikolog klinis, Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI), dan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) untuk bersama-sama dengan Pemkot Surabaya mengembalikan kondisi psikis anak-anak Surabaya. Saat ini kita lebih fokus dulu melakukan pendampingan kepada sekolah dari pelaku-korban dan sekolah dari para korban, kata Antiek.

Antiek melanjutkan, kedepan, DP5A bersama para psikolog, juga berencana akan mengunjungi semua sekolah di Surabaya. Hal ini dilakukan demi memberikan pemahaman kepada anak-anak Surabaya agar tidak lagi merasa takut dan khawatir.

"Saat ini sudah ada delapan sekolah SD, SMP, dan SMA sederajat yang sudah kita kunjungi, dan ini akan berlanjut untuk semua sekolah di Surabaya," kata Antiek.

Ahli psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Jawa Timur, Laksmi Wijayanti mengatakan, sejauh ini pihaknya terus melakukan berbagai cara supaya anak-anak ini bisa kembali melakukan kehidupan sehari-hari. Beberapa treatment khusus pun dilakukan agar anak-anak bisa kembali normal menjalani kehidupan seperti semula.

"Kita lakukan konseling baik itu secara individual maupun kelompok di sekolah-sekolah," kata Laksmi.

Ungkapan tersebut juga disampaikan oleh ahli psikolog anak Zumrotun yang juga melakukan pendampingan pada salah satu korban yang masih duduk dibangku kelas tiga Sekolah Dasar. Selain melakukan pendampingan kepada korban, ia juga memberikan pemahaman kepada orang terdekat korban.

"Baik kepala sekolah, orang tua, maupun guru juga kita kunjungi. Harapannya, agar bagaimana bisa menjaga kondisi psikis anak tersebut, agar bisa kembali stabil," ujar Zumrotun.

Sementara itu, Ahli Psikolog Anak LSM Genta Surabaya, Linda Hartati menambahkan, pihaknya khusus melakukan pendampingan kepada teman dari korban yang merupakan anak dari pelaku teror di Surabaya. Termasuk dengan para teman dekat korban yang merupakan anak pelaku teror.

Menurutnya, kedekatan emosional dari teman-teman korban dari anak pelaku dirasa sangat baik. Sehingga kesan yang diingat teman-temannya itu adalah kebaikan korban dari anak pelaku yang membuat mereka kaget.

"Saya lebih banyak menyemangati anak-anak itu agar mereka bisa kembali move on dari kesedihan yang dialami, karena kehilangan temannya," kata Linda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement