Kamis 19 Apr 2018 03:11 WIB

Literasi Pengaruhi Maju dan Mundurnya Peradaban Bangsa

Tanpa kemampuan literasi yang baik tidak ada ilmu pengetahuan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Pengunjung sedang mencoba permainan di area kid zone Islamic Book Fair ke 17 di JCC, Jakarta, Rabu (18/4).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pengunjung sedang mencoba permainan di area kid zone Islamic Book Fair ke 17 di JCC, Jakarta, Rabu (18/4).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) 2018 yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan pada 18-22 April 2018 mengusung tema Meraih Kejayaan Islam Melalui Literasi. Tema tersebut diusung karena literasi sebagai dasar ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi maju mundurnya peradaban suatu bangsa.

Ketua Ikapi DKI Jakarta, Hikmat Kurnia menyampaikan, kualitas sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kemajuan dan kemunduran ilmu pengetahuan. Kalau sebuah bangsa peduli pada ilmu pengetahuan maka peradaban bangsa tersebut akan semakin maju. Tapi bila suatu bangsa kurang memperhatikan ilmu pengetahuan. Maka peradaban bangsa tersebut akan mengalami kemunduran.

"Tengoklah saat Kekhalifahan Abasiah berjaya, banyak lahir cendekiawan Muslim, sebut saja pakar matematika Al-Khawarizmi dan filsuf Ibnu Rusyd, Al-Ghazali dan ahli kedokteran Ibnu Sina," kata Hikmat saat pidato pembukan IBF 2018, Rabu (18/4).

Ia menerangkan, Kekhalifahan Abasiah mampu membangun peradaban hingga ke puncak kejayaannya karena ilmu pengetahuan. Dasar ilmu pengetahuan adalah literasi, tanpa kemampuan literasi yang baik tidak ada ilmu pengetahuan.

Literasi didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Menurut Education Development Center (EDC) literasi lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan kemampuan yang dimiliki dalam hidupnya. "Dengan pemahaman bahwa literasi menyangkut kemampuan membaca kafah dan dunia, tanpa membaca kita akan tergagap-gagap memahami dunia," ujarnya.

Ketua IBF 2018, M Anis Baswedan menyampaikan, di IBF tahun ini terdapat 274 stand yang diisi oleh 151 penerbit buku, peserta non penerbit menempati 78 stand, media partner menempati 28 stand dan instansi pemerintah menempati enam stand. Sebanyak 151 penerbit buku membawa 53 ribu judul buku Islam dan 15 juta eksemplar buku.

"Konsep pameran yang kami usung wisata literasi islami, sadar bahwa IBF harus selalu menarik bagi masyarakat Muslim, kami berusaha semaksimal mungkin mempersiapkannya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement