Rabu 10 Jan 2018 06:01 WIB

PGRI Nilai Soal Isian dalam USBN SD tak Tepat

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Siswa SDN Menteng 1 mengikuti ujian untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah (US) tingkat Sekolah Dasar (SD), Jakarta Pusat, Senin (19/5).
Foto: Yasin Habibi/Republika
Siswa SDN Menteng 1 mengikuti ujian untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hari pertama pelaksanaan Ujian Sekolah (US) tingkat Sekolah Dasar (SD), Jakarta Pusat, Senin (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Guru Republika Indonesia (PGRI) menilai adanya soal isian pendek pada ujian sekolah berstandar nasional (USBN) sekolah dasar (SD) tidak tepat. Sebab, bentuk soal isian tersebut dinilai akan memberatkan siswa.

"Sebenarnya kalau SD itu wajib belajar sembilan tahun. Jadi menurut saya, ujian itu sebagai syarat saja, tidak harus berat," kata ketua umum PGRI Unifah Rosyidi kepada Republika.co.id, Selasa (9/1)

Dia menyepakati, esensi kurikulum 2013 mengamanatkan untuk bisa menimbulkan sikap kritis pada siswa. Namun, menurut dia, sikap kritis tersebut tidak untuk diujikan dalam USBN. Yang benar, kata dia, siswa berhak mendapatkan kualitas pendidikan yang baik yang bisa membentuk pribadi yang kritis.

"Berpikir kritis itu harus, tapi berpikir kritisnya itu tidak untuk diujikan dalam USBN pada anak SD, jadi USBN jangan sampai dijadikan alat untuk mengurangi akses anak dalam mengenyam pendidikan 9 tahun. Itu prinsipnya," tegas Unifah.

Sebelumnya, Kepala Bidang Puspendik Kemendikbud Giri Sarana Hamiseno mengatakan, akan ada soal isian pendek pada USBN SD tahun ini. "Bobot setiap butir soal isian sama dengan soal pilihan ganda. Jumlah soal isian ada empat soal, dan pilihan ganda 36 soal," kata Giri ketika dihubungi, Selasa (9/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement