Selasa 02 Jan 2018 12:37 WIB

'Anak Muda Perlu Memahami Sejarah Bangsa'

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Koordinator Nasional Gerakan Nusantara Berkemajuan, Ikhwansyah Nasution (kiri) bersama Sekretaris Jenderal Gerakan Nusantara Berkemajuan Bob Febrian (kanan) dan Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari (tengah).
Foto: Mutia Ramadhani
Koordinator Nasional Gerakan Nusantara Berkemajuan, Ikhwansyah Nasution (kiri) bersama Sekretaris Jenderal Gerakan Nusantara Berkemajuan Bob Febrian (kanan) dan Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Salah satu fungsi dan tujuan memelajari sejarah adalah menumbuhkan jiwa nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air. Koordinator Nasional Gerakan Nusantara Berkemajuan Ikhwansyah Nasution mengatakan salah satu resolusi yang patut ditanamkan generasi muda Indonesia pada momen Tahun Baru 2018 ini menjadikan sejarah bangsa sebagai penumbuh semangat nasionalisme dan pemahaman Pancasila sebagai ideologi NKRI.

"Sejarah penting bagi bangsa Indonesia dalam konteks bernegara. Bung Karno selalu berpesan, jangan sesekali melupakan sejarah," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (2/1).

Ikhwansyah menambahkan banyak peradaban dan budaya yang begitu menawan di Indonesia, namun hanya mendapat sedikit perhatian dan perlahan dilupakan sejarah. Kalangan muda Indonesia masih banyak yang tidak begitu memahami dan menggali sejarah peradaban dan budaya bangsa.

"Anak muda perlu memahami sejarah bangsa, sekaligus membuat sejarah sendiri, seperti menjadi kebanggaan di sekolah, keluarga, dan bangsa," kata Ikhwansyah.

Rentetan sejarah yang terjadi sebelum dan sesudah kemerdekaan pada dasarnya menyimpan banyak pelajaran. Sayangnya, kata Ikhwansyah masih banyak anak muda yang tak mengetahui itu sehingga kesannya memprihatinkan. "Generasi muda diharapkan bisa mewarisi, meneladani, dan melestarikan sejarah bangsa Indonesia," kata Ikhwansyah.

Gerakan Nusantara Berkemajuan merupakan wadah aktivis-aktivis muda Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di berbagai wilayah di Indonesia.

Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Triana Wulandari sebelumnya mencontohkan bendera merah putih pun memiliki makna yang lebih substansial dari sekadar makna sebuah bendera negara. Sayangnya penulisan sejarah Indonesia belum memberi porsi lebih banyak pada tema bendera. "Padahal bendera bisa hadir pada peta sejarah yang lebih luas, dan berperan positif menciptakan paradigma zaman ketika mampu mempresentasikan kondisi aktual dan faktual masyarakat, ujarnya.

Beberapa waktu lalu pemerintah mengadakan dialog sejarah yang mengangkat tema 'Sang Merah Putih: Sejarah dan Maknanya.' Ini merupakan langkah mengembangkan kesadaran sejarah di kalangan anak-anak, sebab Indonesia hari ini sesungguhnya produk dari perjalanan panjang di masa lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement