Rabu 06 Sep 2017 16:56 WIB

3,4 Juta Masyarakat Masih Buta Aksara

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Buta aksara
Foto: blogger
Buta aksara

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merilis masih ada 3,4 juta orang di Indonesia yang buta aksara. “Pada 2016 ada 2,07 persen atau 3,4 juta orang masih buta aksara,” kata Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Harris Iskandar di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Rabu (6/9).

Ia menyebut angka buta aksara itu berada pada kisaran usia 15 hingga 59 tahun. Dua per tiga atau 2.258.990 dari jumlah itu, adalah perempuan.

Sebagian besar dari jumlah itu tersebar di 11 provinsi, yakni Papua (28,75 persen), Nusa Tenggara Barat (7,91persen), Nusa Tenggara Timur (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,57 persen), Kalimantan Barat (4,50 persen), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), JawaTimur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen). Sementara 23 provinsi lainnya, sudah berada di bawah angka nasional.

Harris mengatakan pemerintah memiliki sejumlah program untuk menuntaskan buta aksara, seperti Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M) yang menyasar perempuan di desa dengan keaksaraan dasar dan kewirausahaan. Selain itu, pemerintah mendorong pemerintah daerah untuk mendirikan kampung literasi, khususnya pada daerah dengan tingkat buta aksara tinggi. “Perlu peran pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat untuk penuntasan buta aksara,” ujar Harris.

Saat ini, ia menyebut Kemendikbud telah merumuskan upaya penuntasan buta aksara melalui 5M, yakni mendesain kebijakan keaksaraan yang terintegrasi kesetaraan, memperoleh data valid, membagi tanggung jawab sumber daya pemerintah dan pemerintah daerah, mendiversifikasikan layanan program, dan memangkas birokrasi layanan program melalui aplikasi daring sibopaksara.kemdikbud.go.id.

Harris menyebut Kemendikbud mendorong adanya sosialisasi enam literasi dasar pada masyarakat oleh pemerintah daerah, yakni baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan. Tujuannya, agar masyarakat siap menghadapi persaingan global. "Tak hanya bisa calistung (baca, tulis, hitung, Red), tapi disertai instrumen lain untuk ukur literasi," jelasnya.

Pemerintah akan memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) pada 6-8 September 2017 di Kuningan, Jawa Barat. Puncak peringatan akan dirayakan pada 8 September 2017. Tema yang diusung UNESCO adalah Keaksaraan di Dunia Digital.

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraaan Kemendikbud Abdul Kahar menjelaskan Kemendikbud terus melihat dan mengevaluasi komitmen pemerintah daerah dalam pemeberantasan buta huruf. “Kita selalu melaksanakan evaluasi daerah,” jelasnya.

Kahar mengatakan Kemendikbud menyelenggarakan sejumlah program dalam perayaan HAI 2017. Perayaan dibuka dengan festival literasi oleh pengelola taman bacaan masyarakat dan pegiat. Selain itu ada pameran HAI dan produk unggulan satuan pendidikan non formal, peningkatan kapasitas implementasi kurikulum 2013 (K-13), orientasi teknis pembinaan lembaga PAUD yang sudah terakreditasi, sarasehan GP3M, dan penyerahan anugerah aksara peda pemda dan pegiat literasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement