Senin 07 Aug 2017 15:11 WIB

Sistem Pendidikan Indonesia Dinilai Bunuh Kreativitas

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Gerakan Sekolah Menyenangkan
Foto: GSM
Gerakan Sekolah Menyenangkan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal menilai, tidak ada waktu mengembangkan diri yang diberikan sistem pendidikan di Indonesia. Karenanya, ia merasa sistem pendidikan yang ada di Indonesia justru membelenggu.

"Pertama, kita (lewat sistem pendidikan yang ada) membunuh talenta dan kreativitas anak-anak, tidak ada waktu anak-anak mengembangkan apa yang dimiliki," kata Rizal di seminar Pendidikan Abad 21 Gerakan Sekolah Menyenangkan, Senin (7/8).

Ia menuturkan, itu bisa dibayangkan dengan ujian-ujian yang harus anak-anak sekolah di Indonesia lalui. Satu mata pelajaran saja, setidaknya anak-anak harus lewati delapan ujian, jika termasuk ujian remedial jika nilainya tidak mencapai target. Akibatnya, lanjut Rizal, anak-anak tidak memiliki daya kritis, lantaran banyak beban materi pelajaran yang membuat daya kritis tidak muncul. Pasalnya, mereka miliki pola pikir kalau kebenaran itu harus sesuai rumus yang ada.

"Ini yang membuat daya kritis tidak ada, anak-anak di Indonesia dipaksa menerima sistem yang kalau jawabannya berbeda itu harus salah," ujar Rizal.

Menurut Rizal, itu dikarenakan orientasi sekolah hanya untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi, yang salah satu cirinya harus ada SOP. Sedangkan, ia berpendapat, potensi bisnis di era teknologi informasi sudah berubah.

"Artinya, kompetensi anak-anak pasti berubah," kata Rizal.

Untuk itu, Gerakan Sekolah Menyenangkan berupaya mengubah itu, sehingga anak-anak bisa memiliki keterampilan berpikir di dalam bidang apapun. Rizal menekankan, sekolah-sekolah tak boleh lagi bersaing tapi membangun jaringan yang meningkatkan kompetensi

"Makanya, pesan saya, berjejaringlah jangan bersaing," ujar Rizal di depan sekitar 200-an guru-guru se-DI Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement