Sabtu 06 May 2017 17:30 WIB

Ini Upaya Pemerintah Papua Tingkatkan Mutu Pendidikan

Pendidikan di Papua (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pendidikan di Papua (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Pendidikan (Disdik) Papua terus berupaya meningkatkan capaian program prioritas di bidang pendidikan. Kepala Disdik Papua Elias Wonda mengatakan, berbagai upaya telah ditempuh untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan pendidikan di wilayahnya.

Saat ini, pihaknya memfokuskan pada peningkatan akses layanan dan menguatkan pendidikan sebagai langkah strategis untuk produktivitas serta daya saing. Menurut Elias, parameter utamanya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bergerak secara perlahan.

“Saya akui untuk meningkatkan IPM ini butuh waktu 10 hingga 20 tahun ke depan, oleh sebab itu, dengan segala daya yang ada maka kami berkomitmen untuk mengenjotnya. IPM Papua bertahan di angka 56,25,” kata Elias dalam siaran pers kepada republika.co.id, Sabtu (6/5).

Elias menuturkan, untuk meningkatkan IPM Papua dibutuhkan dukungan dari kabupaten/kota. Hal itu lantaran IPM Papua merupakan akumulasi yang berasal dari kabupaten/kotatersebut. Menurut Elias, IPM Papua dinilai rendah oleh pemerintah pusat dikarenakan berpatokan pada angka buta aksara dan harapan lama sekolah.

Padahal, klaim dia, proses belajar mengajar pada umumnya di setiap sekolah di Papua sudah berjalan dengan baik. “Kami berharap agar ada dukungan dari kepala daerah terhadap peningkatan IPM. Pasalnya jika ada kepedulian maka secara perlahan kabupaten bisa meningkatkan angka IPM. Kalau untuk kota, ada Jayapura yang IPM-nya tinggi,” ujarnya.

Elias mengatakan, tren peningkatan pendidikan terjadi mulai 2013 hingga 2016. Hal itu bisa dilihat dari Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di 28 kabupaten dan satu kota yang diikuti 68.464 siswa.

Dari jumlah itu, sekitar 44 sekolah melaksanakan UNBK. Apabila dibandingkan dengan pelaksanaan UNBK tahun lalu, kata dia, ada peningkatan dari jumlah sekolah yang melaksanakan UNBK mencapai 400 persen. “Tahun lalu hanya 10 sekolah saja,” ujar Elias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement