Jumat 28 Apr 2017 16:14 WIB

ITB Gelar Rating Kota Cerdas 2017

 Panitia RKCI 2017 dengan Wapres Jusuf Kalla
Foto: istimewa
Panitia RKCI 2017 dengan Wapres Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) 2017. Guru Besar ITB dan Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC), Suhono Harso Supangkat, menjelaskan, Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pemetaan sehingga tiap kota mampu menjadi Kota Cerdas berdasarkan potensi dan karakter lokal.

“Kegiatan ini akan digelar mulai Mei 2017 hingga oktober 2017 melalui proses evaluasi diri, survei hingga validasi data. Rencananya  acara ini akan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 4 Mei 2017 di Istana Wapres. Semua wali kota diundang untuk menghadiri acara ini sekaligus mengadakan semacam talk show dengan mengundang 3 Kementrian, Kemendagri, Bappenas dan Kemkominfo serta Apeksi dan  APIC,” ungkapnya melalui keterangan tertulisnya, Jumat (28/4). 

Dijelaskannya, inti dari kegiatan ini adalah mengenalkan model ukuran kematangan kota cerdas di Indonesia. Sejauh mana tingkat kesiapan kota kota dalam membangun kota nya sehingga warganya bisa hidup nyaman, bahagia, sejahtera yang berkelanjutan.

“Banyak persepsi membangun kota cerdas hanya membangun Command Center saja atau aplikasi, tetapi tidak melihat aspek ekosistem lainnya seperti manusia, budaya sebelumnya hingga tata kelola,” ulasnya.

Dikatakannya, adapun  tujuan RKCI adalah melakukan pengukuran kinerja pengelolaan kota terhadap pelayan masyarakat, memberikan gambaran yang lebih komphrehensif mengenai kondisi kota dan permasalahan di dalamnya, memberikan pedoman bagi stake holder kota dalam membangun layanan kota, dan sebagai proses evaluasi berkelanjutan dalam implementasi smart city di kota kota Indonesia

“Permasalahan kota seperti kemacetan, kejahatan, lingkungan  dan  lainnya  kian  kompleks.  Hal  ini menyebabkan  adanya  kebutuhan  inovasi  dalam mengatasi permasalahan kota. Implementasi smart city sebagai solusi banyak dilakukan kota namun belum ada model referensi. Karena itu, dibutuhkan evaluasi dan pemetaan kondisi kota agar tiap kota mampu berinovasi berdasarkan  kondisi  dan  karakteristik  tiap  kota  di Indonesia,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement