Kamis 27 Apr 2017 17:13 WIB

Belajar Rakit Robot Sejak Dini

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Antara/Herman Dewantoro
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Jari jemari Safa Amarullah dengan teliti merangkai bagian demi bagian robot. Dengan raut wajah kebingungan, bocah kelas enam SD itu memperhatikan buku petunjuk agar tak salah pasang bagian robot.

Ia tak sendiri, satu temannya ikut membantu merangkai robot secepat dan setepat mungkin. Setelah sekitar 15 menit, jadilah robot Safa berbentuk mobil-mobilan.

Safa dan teman-temannya merupakan peserta lomba robotika yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknologi Informasi dan Komunikasi (HIMATIK) Universitas Siliwangi pada Kamis, (27/4).

Safa sebenarnya mengakus merasa kesulitan dalam merangkai komponen robot.  Meski begitu, ia antusias dan senang karena bisa mengikuti lomba robot. Ia mengungkapkan biasanya hanya bisa melihat robot di film, namun sekarang bisa membuatnya sendiri. "Susah bikinnya walau sudah ngikutin petunjuk, tapi senang sih soalnya kan aku suka lihat robot di film keren-keren," katanya pada Republika.co.id.

Senada dengan Safa, Yusar Fahru juga mengaku bangga bisa mengikuti lomba robot kali ini. Ia menyebut tak semua murid di sekolahnya bisa ikut lomba karena hanya siswa pilihan saja. Murid kelas 6 SD Galunggung ini mengaku bercita-cita jadi profesor yang bisa membuat robot. "Aku mau jadi profesor bikin robot kayak gini, bisa bikin teman ngiri," ujarnya diselingi tawa.

Ketua pantia lomba, Yulizar Rahman mengatakan lomba ini bertujuan menumbuhkembangkan minat mempelajari robot pada anak sejak dini. Apalagi sebagai kota termaju di kawasan Priangan Timur, ia ingin anak-anak di Kota Tasik tak lagi gagap teknologi.

Ia menyebut lomba robot itu diikuti oleh pelajar dari tingkat SD, SMP dan SMA dari tanggal 27-28 April. Setidaknya ada 15 tim dari tingkat SD, 8 tim untuk tingkat SMP dan 4 tim di tingkat SMA. Masing-masing tim terdiri dari dua orang.

"Kalau untuk SD dan SMP penilaiannya dari kecepatan dan ketepatan merangkai robot, dan SMA kami tambahkan penilaian dari mengaplikasikan coding atau sistem operasi pada robotnya agar bisa jalan," ujarnya.

Mengenai kesulitan para peserta dalam merangkai robot, kata dia seharusnya tidak terjadi jika mencermani arahan panitia. Sebab, pihak panitia sudah mengadakan orientasi lebih dulu dengan tata cara merangkai robot sebelum lomba ke masing-masing sekolah peserta lomba. Sehingga ia heran melihat masih ada saja peserta lomba yang kebingungan saat merangkai robot.

"Sebelum lomba, kami sudah datang ke masing-masing SD yang ikut lomba, kami orientasi dulu tentang perakitan jadi pas datang kesini tidak bingung mau ngapain," terangnya.

Rangkaian robot yang dilombakan, sambungnya merupakan jenis mekanik statik. Sehingga para peserta tak harus membuat robot dari nol karena tinggal merakit saja. Adapun dalam hal pengadaan robotnya memang terbilang cukup mahal sekitar lima juta rupiah per unit. "Beruntung alat-alat robot semuanya gratis kami pinjam dari komunitas robot dan kami juga punya beberapa unit," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement