Senin 06 Mar 2017 21:37 WIB

Mendikbud: Sistem Pendidikan Kurang Hargai Karya Kreatif

Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy memberikan paparan saat Sidang Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center Ambon, Maluku, Jumat (24/2)Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy (kiri) bersama Rektor UHAMKA Suyatno menjadi pembicara saat Sidang Tanwir Muhammadiyah d
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy memberikan paparan saat Sidang Tanwir Muhammadiyah di Islamic Center Ambon, Maluku, Jumat (24/2)Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy (kiri) bersama Rektor UHAMKA Suyatno menjadi pembicara saat Sidang Tanwir Muhammadiyah d

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan sistem pendidikan di Tanah Air masih kurang menghargai karya-karya kreatif.

"Sistem pendidikan kita, kurang memberi apresiasi terhadap karya kreatif. Akibatnya kita tidak memiliki ruang yang cukup untuk karya seni," ujar Muhadjir dalam konferensi pers Hari Film Nasional (HFN) di Jakarta, Senin (6/3).

Ke depan, Kemdikbud akan memasukkan film sebagai bagian dari pendidikan karakter. Menurut Muhadjir hal itu karena pendidikan karakter melibatkan tiga hal yakni etika, estetika dan kinestetika.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu menilai perlu adanya penghargaan terhadap karya seni sejak dini. Untuk itu perlu adanya literasi bagi masyarakat, karena tidak mungkin film bagus tapi tidak ada yang menonton.

"Jadi perlu adanya upaya untuk memperbesar animo masyarakat pencinta film," ucapnya.

Mendikbud mengharapkan HFN bisa menjadi momentum untuk meningkatkan serta membangkitkan kembali dunia perfilman di Tanah Air.

"Kita tahu, pemerintahan Jokowi-JK menegaskan bahwa perfilman adalah industri yang menjadi prioritas karena perfilman yang menjadi andalan dalam menopang ekonomi dan mengembangkan kebudayaan nasional," jelasnya.

Ketua Panitia Pelaksana HFN 2017, Lasja F Susatyo, mengatakan perayaan HFN tersebut diselenggarakan dengan dua momentum besar yakni pencapaian rekor 36 juta lebih penonton film Indonesia di bioskop pada 2016 dan pembebasan investasi asing di semua sektor film.

"Dua hal itu akan membawa perfilman Indonesia memasuki babak baru," kata Lasja.

Oleh karena itu, lanjut dia, HFN dapat dimanfaatkan sebagai momentum mengajak segenap komponen bangsa, untuk mengoptimalkan film untuk menyebarluaskan gagasan dan naratif keberagaman Indonesia serta meningkatkan akses masyarakat untuk menonton film tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement