Selasa 06 Dec 2016 22:12 WIB

Mendikbud Khawatir Pilkada Merusak Profesionalisme Guru

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia mampu merusak sikap profesionalisme guru.

"Jadi saya harus katakan bahwa yang namanya Pilkada merusak profesionalisme guru," ujar dia di Kongres XXI Persatuan Taman Siswa, di Pendopo Taman Siswa, di Yogyakarta, Selasa (6/12).

Muhadjir mengatakan, saat pilkada yang lalu ada kepala sekolah yang menjadi tim sukses dari pasangan calon kepala daerah, karena diiming-imingi akan diangkat menjadi camat, kepala desa, kepala unit pelaksana teknis (UPT), dan jabatan lainnya.

"Saya pernah dapat laporan bahwa ada kepala sekolah yang menjadi timses. Lalu saya datangi ke lokasi sekolahnya, dan ternyata saya buktikan bahwa di meja kerja sang kepala sekolah itu yang ada bukan buku-buku pelajaran, tetapi daftar pemilih daerah itu," katanya.

Karena itu, kata dia, diperlukan kebijakan yang keras terhadap guru yang berlaku tidak profesional akibat Pilkada. Sebab pemerintah belum mengetahui berapa banyak guru yang sudah berubah niat menjadi camat, menjadi wakil wali kota, menjadi kepala pertamanan.

"Apa urusannya guru dengan Kepala Pertamanan," tanyanya.

Menurut dia, jumlah guru yang telah berubah niat seperti itu akan segera dihitung secara keseluruhan. Sehingga dilakukan pengecekan menyeluruh serta langkah-langkah antisipatif yang diperlukan untuk membenahi sistem pendidikan nasional.

"Dan itu sudah tidak tahu berapa jumlahnya, sampai sekarang saya belum lakukan pengecekan terhadap angka guru seperti itu. Tapi akan segera kita lakukan pengecekan untuk mengetahui pasti angkanya," jelasnya.

Hal itu, katanya, merupakan problem yang harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah dan pihak-pihak terkait di sektor pendidikan.

"Mudah-mudahan kita akan atasi itu secara bertahap, tetapi seperti tadi saya sampaikan, saya bukan malaikat jadi tidak mungkin menyulap kementerian ini sekali jadi langsung berubah. Tiga tahun itu terlalu cepat, itupun kalau tidak kena reshuffle, untuk membuat perubahan-perubahan yang lebih baik di Indonesia," kata Mendikbud.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement