Selasa 06 Dec 2016 18:10 WIB

Puan: Prinsip Dasar Taman Siswa Bentuk Pendidikan Karakter

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Kongres XXI Persatuan Taman Siswa Tahun 2016 di Jogjakarta, Selasa (6/12).
Foto: istimewa
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Kongres XXI Persatuan Taman Siswa Tahun 2016 di Jogjakarta, Selasa (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah pendidikan di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah Tamansiswa yang didirikan pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta oleh Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara dan Perguruan Taman Siswa meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat membuka Kongres XXI Persatuan Taman Siswa Tahun 2016 di Jogjakarta, Selasa (6/12).

Acara pembukaan turut dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan  Kebudayaan Muhadjir Effendy, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X dan Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Sri Edi Swasono.

“Ki Hajar Dewantara dan Perguruan Tamansiswa telah menorehkan sejarah yang sangat penting bagi dunia pendidikan dan telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Tamansiswa selain sebagai alat perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka juga berperan sebagai Kawah Candradimuka atau tempat kaderisasi para pejuang bangsa,” ucap Puan.

Belajar dari sejarah Perguruan Tamansiswa, menurut Menko PMK, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik seperti: Perguruan Taman Siswa adalah Perguruan yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan gotong-royong. Perguruan Taman Siswa menggembleng kader-kader patriot bangsa berlandaskan budaya bangsa yang menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan persatuan dalam kebhinekaan.

“Prinsip dasar Taman Siswa sangat relevan sebagai pegangan untuk membentuk siswa yang berkarakter, bermartabat, berbudaya, dan berkualitas. Perguruan Tamansiswa merupakan sistem pendidikan sebagai anti-thesis terhadap pendidikan Barat yang cenderung bersifat intelektualistik dan materialistik dan tidak sesuai dengan akar budaya bangsa,” papar Menko Puan.

Untuk itu, atas nama Pemerintah, Menko PMK memberi apresiasi kepada Persatuan Taman Siswa atas segala kontribusinya dalam memajukan pendidikan di Indonesia selama ini.  

Ditambahkan Menko Puan, ajaran Ki Hajar Dewantara yang sangat populer di hati masyarakat, yaitu trilogi kepemimpinan sangat relevan dengan dunia pendidikan. Pertama, “Ing Ngarso Sung Tulodho” yaitu ketika berada di depan publik, guru dan pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan yang baik untuk orang lain.

Kedua, “Ing Madyo Mangun Karsa” yaitu ketika di tengah atau di antara publik, guru dan pemimpin harus mampu membangun semangat untuk bekerja keras dan membangun kinerja yang baik.

Ketiga, “Tut Wuri Handayani” yaitu ketika berada di belakang guru dan pemimpin harus mampu memberi dorongan dan menggugah semangat sehingga orang-orang di sekitarnya dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat. 

“Ajaran yang dikenal dengan nama Patrap Triloka tersebut mempunyai makna yang dalam dan masih relevan dengan kehidupan masa sekarang maupun masa yang akan datang,” ucap Puan.

Puan Maharani menyebutkan ajaran Ki Hajar Dewantara yang lain yang dikenal adalah Tri Pusat Pendidikan meliputi: pendidikan oleh dan diperoleh dari keluarga, dari sekolah dan dari masyarakat. 

“Ajaran ini memberikan pesan bahwa untuk menghasilkan generasi yang baik harus menjadi kepedulian dan tanggungjawab bersama secara gotong royong antara ke tiga lembaga di atas. Peran orang tua menjadi sangat penting untuk memberikan keteladanan hal-hal yang baik sejak anak usia dini. Dalam konteks kekinian, pendidikan mencakup pendidikan formal, informal dan non formal,” jelas Puan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement