Selasa 15 Nov 2016 20:58 WIB
Bett Asia 2016

Bett Asia 2016 Ajak Guru Lebih Melek Teknologi Pendidikan

Bett Asia 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Foto: Yudha Manggala
Bett Asia 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ajang pertemuan para pendidik dan pameran teknologi pendidikan Bett Asia 2016 resmi digelar di Hotel Mandarin Oriental, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (15/11). Perhelatan yang kembali didukung perusahaan teknologi Microsoft sebagai partner utama ini kembali mengajak guru, kepala sekolah, hingga pembuat kebijakan untuk lebih melek teknologi pendidikan.  

"(Bett Asia 2016) Menghadirkan teknologi, produk, solusi, dan teknik terbaru di dunia pendidikan. Para pendidik bisa belajar dari sini," ungkap Duta Bett Asia 2016 Jeffrey Ong kepada Republika.co.id, Selasa (15/11).  

Tahun ini Bett Asia edisi Kuala Lumpur mengangkat tema Educating for Global Citizenship. Ada dua komponen dalam gelaran dua harinya (15-16 November 2016). Yang pertama, leadership summit. Berisi diskusi tingkat tinggi, sharing ide, pendidikan, yang melibatkan penentu kebijakan, pemerintah, dan orang berpengaruh dalam dunia pendidikan di Asia.

Lainnya adalah ekspo atau pameran. Di sini disajikan ragam teknologi hingga solusi terbaru di dunia pendidikan. Partisipannya mayoritas dari kalangan guru, pengajar, hingga kepala sekolah di seluruh Asia. "Ini terbuka dan gratis bagi kalangan guru atau pendidik. Para vendor juga bisa terlibat gratis dalam pameran ini," tambah Jeffrey.

Jeffrey belum bisa memamparkan jumlah total partisipan di ajang ini. Namun setidaknya ada 15 negara yang ikut serta. Ia juga memastikan Bett Asia tahun ini lebih ramai dari sebelumnya.

Diharapkannya tren itu terus menguat. Tidak hanya dari segi industri saja, namun juga dampaknya bagi peningkatan kualitas pendidikan khususnya di kalangan Asia Pasifik.  

"Kami berharap bisa lebih menumbuhkan dampak positif bagi dunia pendidikan, melalui diskusi, interaksi, maupun eksibisi. Harapannya ajang ini menjadi salah satu yang selalu ingin membuat orang untuk kembali. Karena pendidik bisa belajar banyak, belajar teknik baru di sini yang kemudian bisa mereka bawa pulang, lalu membaginya dan menerapkannya di sekolah mereka," ujar Jeffrey.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement