Selasa 25 Oct 2016 21:40 WIB

Ini Penyebab Lulusan Sekolah Vokasi Banyak yang Menganggur

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nidia Zuraya
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai perencanaan kebutuhan tenaga kerja saat ini masih belum jelas dan belum dapat dijadikan sebagai patokan. Karena itu, masih banyak lulusan sekolah vokasi yang justru mengganggur karena ketrampilannya yang tak sesuai dengan kebutuhan dunia industri.

"Selama ini kita tidak punya perencanaan tenaga kerja yang cukup bisa dijadikan patokan itu. Ya itu. Sehingga karena tidak jelas ada pesanan kita jahit ya semaunya kita jahit. Itu yang jadi masalah sekarang," jelas Muhadjir di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (25/10).

Ia menjelaskan, Kemendikbud hanya mencetak lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Namun sayangnya, kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini masih belum jelas. Karena itu, menurut dia, diperlukan perencanaan kebutuhan tenaga kerja sehingga para lulusan sekolah vokasi dapat memiliki kemampuan yang sesuai.

"Misalnya 4 tahun yang akan datang kita butuh ahli apa sih? Butuh ketrampilan apa sih. Sehingga kita mulai mencetak spesifikasi dari keterampilan itu dan berapa jumlah yang akan dibutuhkan sehingga ada proyeksi kebutuhan tenaga kerja," ungkap dia.

Muhadjir mengatakan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja itupun tak hanya disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri di tingkat nasional, namun juga harus sesuai dengan kebutuhan di tingkat regional. Hal inipun juga disampaikannya kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

Lebih lanjut, selain masalah proyeksi rencana kebutuhan tenaga kerja, banyaknya lulusan SMK yang menganggur juga disebabkan oleh terbatasnya jumlah guru produktif yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang studi di sekolah vokasi tersebut. Hingga 2020 nanti, Indonesia masih membutuhkan sekitar 91 ribu guru produktif.

"Tapi untuk itu kalau harus melakukan rekrutmen PNS tidak mungkin karena langkah kita untuk sementara itu memberikan keahlian tambahan atau keahlian minor untuk guru-guru adaptif. Guru yang selama ini mengajar ilmu-ilmu dasar di SMK itu akan disekolahkan lagi terutama di industri dalam jangka waktu tertentu sehingga nanti dia punya keahlian ganda," jelas dia.

Ia menargetkan, terdapat sekitar 15 ribu guru adaptif yang akan disekolahkan kembali sehingga memiliki keahlian tambahan pada awal tahun depan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement