Sabtu 22 Oct 2016 06:11 WIB

Atasi Joki, Penerimaan Mahasiswa Baru akan Gunakan Sistem Terbuka

Red: Nur Aini
Calon mahasiswa mengikuti tes pada Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri Computer Basic Test (SMBPTN-CBT) di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Selasa (31/5)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Calon mahasiswa mengikuti tes pada Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri Computer Basic Test (SMBPTN-CBT) di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Selasa (31/5)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi M Nasir menargetkan bisa memperkecil potensi terjadinya perjokian dalam tes penerimaan mahasiswa baru. Menurutnya, sistem penerimaan mahasiswa nantinya menggunakan sistem terbuka agar calon mahasiswa mengetahui nilai sebenarnya dalam tes.

"Kalau kita lihat di sistem terbuka nanti, akan mengetahui diterima nggak di perguruan tinggi, kalau diterima nilai berapa, ini biar terbuka dengan baik. Ini yang kita harapkan ke depan," ujarnya di Banda Aceh, Aceh, Jumat (21/10).

Ia mengakui dalam penyelenggaraan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun ini masih ditemukan joki di dua lokasi ujian yakni Solo dan Makassar. Masalah joki ini diakuinya selalu terjadi setiap tahun. Hal yang berbeda hanya lokasi penemuan joki.

Menurutnya, masalah perjokian tergantung pada moral peserta tes. Meskipun sistemnya sudah baik, tetapi orang selalu mencari celah untuk melakukan perjokian. "Ada teknologi pakai handphone, setelah nggak boleh pakai handphone ke dalam (tempat tes), maka kadang-kadang pakai jam yang sudah bisa (fungsinya seperti) handphone. Sekarang canggihnya teknologi," ujarnya.

Rektor Institute Pertanian Bogor, Herri Suhardianto mengatakan pihaknya akan mengkonsolidasikan seluruh jajaran panitia SNMPTN agar menerapkan prosedur operasional baku yang sangat disiplin. "Kalau ada yang mencurigakan, tak ada ampun, harus ditangkap," ujarnya. Dia mengaku sudah menyampaikan kepada siswa agar tidak tergoda iming-iming orang yang akan membantu tes masuk perguruan tinggi. "Pasti akan tertangkap, malah rugi sendiri. Ini hal yang dapat kita lakukan adalah memberikan pemahaman seperti itu," ujarnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Hasanuddin Makassar, Dwia Aries Tina mengakui kasus joki tes penerimaan mahasiswa baru terjadi di universitasnya tahun ini. Karena itu, pihaknya akan memperketat pengawasan dan membuat sistem pendaftaran yang lebih ketat. "Ada kasus bukan berarti di Unhas banyak joki, tapi kita malah berani ungkap," ujarnya.

Dia mengaku pihaknya membentuk satuan tugas khusus yang mengingatkan para pengawas agar segera lapor jika ada joki. "Jangan diamkan, tapi telusuri," ujarnya. Dia bahkan akan memberikan penghargaan bagi dosen yang berhasil mengungkap kasus joki.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement