Kamis 13 Oct 2016 16:09 WIB

Sekolah Diminta Ajarkan Computational Thinking untuk Menangkan Persaingan

Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji.  (Republika / Rakhmawaty La'la
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji. (Republika / Rakhmawaty La'la

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem pendidikan di Indonesia saat ini dinilai belum mampu menjawab tantangan masa depan yang penuh persaingan. Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji mengatakan Indonesia harus menyadari dunia pendidikan sangat berubah.

Indra berkata salah satu cara mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia adalah dengan menerapkan STEM (Science, Technology, Engineering and Math). Sebuah model pembelajaran yang menerapkan pembelajaran tematik integratif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, matematika, dan engineering.

Metode STEM mengajak siswa untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan mengkorelasikannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran melibatkan tujuh keahlian utama bagi siswa abad 21, yaitu, kolaborasi, kreatif, berpikir kritis, komputerisasi, pemahaman budaya, dan mandiri dalam belajar serta berkarier.

"Materi kurikulum STEM mengajarkan anak didik tentang computational thinking, bukan sekadar belajar menekan tombol melainkan belajar memecahkan masalah dengan teknologi atau berpikir layaknya komputer. Sekolah perlu mengajarkan anak computational thinking untuk memenangkan persaingan," kata Indra.

Pendidikan di Indonesia kian mengalami perubahan. Dulu dengan kertas, kapur, dan buku, kini harus mampu menyesuaikan teknologi seperti komputer.

"Sekolah yang menerapkan keterampilan computational thinking akan menjadi barometer bagi sekolah lain dan mampu bersaing dan menjadi pemimpin dalam penerapan pembelajaran abad 21," ujar Indra.

Sementara Head of Student Life Sampoerna University, Eddy Henry mengatakan, computational thinking merupakan sebuah pendekatan yang diyakini dapat menjadi salah satu solusi dalam menjawab tantangan masa depan, dengan lebih cermat dan terukur. Sampoerna Academy dan Sampoerna University telah mengimplementasikan Pendidikan Abad 21 melalui pendekatan STEAM yang yang mengedepankan computational thinking.

"Pendekatan ini sudah diperkenalkan sejak taman kanak-kanak dan tingkat sekolah dasar, melalui pengajaran dan permainan yang mendorong mereka untuk mampu memecahkan masalah sederhana. Pada tingkat pendidikan menengah, hingga perguruan tinggi, siswa akan diberikan tingkat pemecahan permasalahan yang lebih kompleks."

Mereka juga diperkenalkan bagaimana memanfaatkan alat bantu seperti komputer dan perangkat digital sesuai tujuannya. Computational thinking mampu menyiapkan para siswa untuk menghadapi kebutuhan kerja di masa depan dan meraih kesuksesan di era globalisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement