Selasa 11 Oct 2016 12:32 WIB

Indonesia-Inggris Kerja Sama Pengembangan Teknologi dan Inovasi

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia dan Inggris menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam bidang inovasi dan teknologi di Jakarta, Selasa (11/10). Kerja sama bertujuan meningkatkan pengembangan riset dan inovasi.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jumain Appe dan Menteri Luar Negeri Bidang Asia dan Pasifik Inggris, Alok Sharma di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, mengatakan, kerja sama dengan komunitas ilmiah Inggris berada bawah program Newton Fund. Melalui kerja sama ini, Indonesia diharapkan dapat mengembangkan kapasitas inovatornya agar dapat mengatasi tantangan pembangunan.

“Kami ingin memanfaatkan keahlian Inggris dan membangun kerjasama yang seimbang dengan mengirimkan inovator-inovator kita untuk belajar praktik-praktik terbaik dan melakukan proyek bersama. Ini akan menjadi kolaborasi bilateral jangka panjang yang bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan dan inovasi,” jelasnya.

Menurut Nasir, bentuk kerja sama nantinya dilakukan dalam lingkup pengajaran rekayasa keteknikan, riset dan inovasi.  Kerja sama dilakukan melalui dua program yaitu Industry Academia Partnership Programme dan  Leaders in Innovation Fellowship (LIF). The Academy dan Dirjen Penguatan Industri akan memberikan dana hibah kepada konsorsium universitas dan industri dari Indonesia dan Inggris yang bergerak dalam bidang rekayasa keteknikan.

Dana hibah akan mencakup gaji, biaya perjalanan dan akomodasi untuk pertukaran yang menunjang kegiatan Industry-Academia Partnership Programme. Kedua pihak nantinya juga memberikan pendanaan intensif pelatihan secara penuh untuk teknopreneur (technology entrepreneur) Indonesia. Hibah inovasi untuk proyek-proyek bersama di bidang peningkatan teknologi bernilai Rp 13 miliar.

Lebih lanjut Nasir memaparkan, program LIF akan ditawarkan oleh The Academy kepada sekumpulan individu yang telah diseleksi dan dipilih oleh Dirjen Penguatan Industri. Pelatihan di Inggris yang merupakan komponen dari LIF akan  didanai oleh the Academy. Pendanaan  termasuk semua biaya pelatihan dan mentoring, penyewaan tempat, perjalanan internasional dan di Inggris para peserta, serta seluruh biaya akomodasi.

"Nantinya, Dirjen PI akan memberikan dukungan tambahan kepada program maupun peserta LIF dalam bentuk dana hibah insentif Industri Berbasis Teknologi (IBT) kepada para technology entrepreneur, analis atau pembuat kebijakan di Dirjen Penguatan Inovasi dengan tingkat pendanaan yang serupa dengan yang diberikan oleh the Academy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement