Kamis 28 Jul 2016 14:40 WIB

Ini Tantangan Mendikbud yang Baru

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi
Foto: Antara/ Widodo S. Jusuf
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paska reshuffle jilid II salah satu tantangan besar bangsa ini adalah pendidikan. Saat ini dunia pendidikan dinakhodai oleh mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Muhadjir Effendy yang ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan.

Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris mengatakan, tantangan terbesar dunia pendidikan di Indonesia adalah luasnya cakupan wilayah Indonesia. "Selain itu belum sempurnanya kualitas pendidikan seperti sistem belajar mengajar, kompetensi guru, infrastruktur, pemanfaatan teknologi, belum ada sistem nasional yang mampu memacu minat baca," katanya, Kamis (28/7).

Kompleksitas masalah inilah yang mengakibatkan pemeringkatan tingkat pendidikan Indonesia di dunia masih terus berkutat di papan bawah. Fahira menyebut satu persatu persoalan ini mesti diurai oleh Mendikbud Muhadjir Effendy.

Untuk sistem pendidikan, Fahira mengatakan tantangan besarnya adalah bagaimana Mendikbud yang baru bisa memformulasi sistem yang mampu menghadirkan proses belajar mengajar menjadi asik, menyenangkan dan berkualitas. "Jika ingin mengubah wajah pendidikan kita bukan hanya soal mengganti kurikulum namun bagaimana melatih kompetensi guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asik," katanya.

Sementara itu, terang Fahira, tantangan di bidang infrastrukur pendidikan terutama di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal juga berat. Pemerintah pusat harus mengintervensi pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal yang ada di seluruh Indonesia.

Walau sudah ada otonomi daerah, menurut dia, intervensi dibutuhkan agar ada percepatan pembangunan berbagai sarana dan prasarana pendidikan di daerah-daerah yang geografisnya, sumber daya alamnya, dan sumber daya manusianya terbatas. "Membangun Indonesia dari pinggiran sesuai slogan presiden harus diartikan bukan hanya pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan atau jembatan. Namun juga membangun manusianya, ini jauh lebih penting," kata Fahira.

Caranya, terang Fahira, dengan menyempurnakan infrastruktur pendidikan di daerah termasuk penyediaan tenaga pengajar yang berkualitas. "Ini yang saya lihat belum maksimal," ujarnya.

Tantangan lainnya adalah melanjutkan dan mengoptimalkan pelaksanaan Ujian Nasional (UN), sistem penerimaan siswa baru, dan masa orientasi sekolah (MOS) yang saat ini sudah lebih baik. Menurut dia, saat ini UN sudah tidak lagi jadi momok dan praktik perploncoan saat MOS sudah berangsur hilang.

Ia berharap ini lebih dioptimalkan. Mendikbud yang baru juga harus segera memformulasikan materi pendidikan antikekerasan terutama kekerasan seksual secara komprehensif dalam berbagai mata pelajaran.

Harapan yang digantungkan kepada Mendikbud yang baru, adalah peningkatkan kapasitas guru dan fasilitas PAUD. Karena PAUD adalah kawah pembentukan anak-anak Indonesia agar tumbuh jadi pribadi yang mandiri, percaya diri, punya rasa sosial yang tinggi, cepat beradaptasi, berani jujur. Selain itu juga punya rasa ingin tahu yang besar sehingga di masa depan mampu menjalankan negeri ini dengan baik.

“Usia nol hingga enam tahun merupakan tahun emas atau golden years pembentukan karakter anak. Kemendikbud harus memberi perhatian lebih untuk PAUD," ujar Fahira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement