Senin 23 May 2016 20:40 WIB

Sejarawan dan Peminat Sejarah se-Indonesia Akan Berkumpul di Forum Ini

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Hafil
 Seorang pemandu berdiri di dalam sebuah gua, yang menurut ilmuwan mengandung deposit yang dapat mengungkap sejarah tsunami kuno di Lhong, Aceh. (AP/Heri Juanda)
Seorang pemandu berdiri di dalam sebuah gua, yang menurut ilmuwan mengandung deposit yang dapat mengungkap sejarah tsunami kuno di Lhong, Aceh. (AP/Heri Juanda)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Puluhan sejarawan Indonesia dan ratusan para peminat sejarah akan berkumpul dalam Konferensi Nasional Sejarah (KNS) X. Konferensi yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 7 sampai 10 November 2016 ini bertemakan “Budaya Bahari dan Dinamika Kehidupan Bangsa dalam Perspektif Sejarah”.

“Forum ini adalah tempat berkumpulnya para sejarawan untuk membahas berbagai aspek kesejarahan,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid dalam Konferensi Pers (Konpers) KNS X di Gedung E, Kemendikbud, Jakarta, Senin (23/5). Forum ini juga menjadi wahana untuk mengevaluasi segala hal yang telah ditulis untuk kemudian dievaluasi.

Hilmar menerangkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mencermati perkembangan pengajaran sejarah. Selanjutnya, menghasilkan penulisan sejarah nasional mutakhir. Selain itu, memproyeksikan arah penulisan sejarah nasional, terutama teori, metodologi dan teori-teori baru.

Pada forum lima tahunan ini tidak hanya dihadiri pengisi acara yang berasal dari Indonesia, seperti Taufik Abdullah. Akan tetapi sejarawan dari Amerika seperti Prof Leonard Y Andaya dan Prof Anthony Reid dari Australia. Beberapa ahli ini memang memiliki fokus pada bidang maritim yang diharapkan bisa berbagi ilmu dengan Indonesia.

Adapun sub tema kegiatan ini akan berkaitan tentang jaringan pelayaran nusantara, sistem pengetahuan dan tradisi bahar serta laut dalam dinamikan kekuasaan. Kemudian ihwal berita asing tentang alam nusantara dalam peralihan zaman dan dinamika antardaerah dan negara. Selanjutnya, tentang dinamika antardaerah dan negara serta pemikiran pendidikan dan pengajaran sejarah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement