Senin 11 Apr 2016 16:53 WIB

Perbanyak Ahli Konstruksi, UII Dorong Pendidikan Arsitek

 Pengambilan Sumpah Profesi Arsitek Angkatan III yang digelar oleh Pendidikan Profesi Arsitek UII, Senin (11/4).
Foto: Dokumen
Pengambilan Sumpah Profesi Arsitek Angkatan III yang digelar oleh Pendidikan Profesi Arsitek UII, Senin (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Selama ini, arsitek merupakan salah satu profesi yang memiliki andil tinggi di bidang jasa konstruksi. Akan tetapi, di Indonesia, jumlah tenaga ahli di bidang konstruksi masih rendah jika dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Dr Harsoyo, menyebutkan jika bangsa ini ingin maju di sektor pembangunan, maka hendaknya dibutuhkan semakin banyak tenaga ahli di bidang konstruksi yang profesional. Sehingga, pihaknya terus mengembangkan Pendidikan Profesi Arsitek.

“UII menjadi pionir lembaga pendidikan di DIY dan Indonesia yang mula-mula menjalankan pendidikan profesi bagi arsitek”, ujarnya, dalam acara Pengambilan Sumpah Profesi Arsitek Angkatan III yang digelar oleh Pendidikan Profesi Arsitek UII di Gedung FTSP UII, Senin (11/4).

Menurutnya, pendidikan profesi arsitek sangat relevan untuk mendorong daya saing arsitek Indonesia di kancah global. Sebab ke depan, hanya arsitek yang memiliki lisensi dan sertifikasi profesi yang karyanya dapat diakui secara kredibel di kalangan jasa konstruksi.

Sayangnya, lanjut dia, saat ini rasio insinyur berbanding satu juta penduduk di Indonesia masih rendah, hanya 2.671 insinyur terhadap satu juta penduduk. Sedangkan Korea punya 25 ribu insinyur per satu juta penduduk, Malaysia 3.333 insinyur, dan Tiongkok 5.000 insinyur. “Oleh karena itu, pendidikan untuk mencetak sarjana dan ahli konstruksi harus terus didorong,” ujarnya, dalam siaran persnya.

Ketua Dewan Kehormatan IAI Nasional, Ir Munichy B Edrees, juga mengungkapkan keprihatinan atas masih rendahnya jumlah tenaga ahli konstruksi di Indonesia. “Ketika praktik di luar negeri, saya sering prihatin karya-karya hebat arsitek kita di luar sering diatasnamakan arsitek asing karena arsitek kita minim dalam hal sertifikasi dan lisensi profesi yang diakui secara global,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement