Jumat 15 Jan 2016 01:29 WIB

Kemendikbud Beri Panduan Orangtua dan Guru Ihwal Kejahatan Terorisme

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Hazliansyah
 Mendikbud Anies Baswedan memberiakan paparannya kepada para kepala sekolah berintegritas di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (22/12). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Mendikbud Anies Baswedan memberiakan paparannya kepada para kepala sekolah berintegritas di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (22/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan panduan ihwal kejahatan terorisme kepada anak. Panduan ini diperuntukkan bagi para guru dan orangtua.

"Panduan singkat itu terdiri dari dua bentuk. Pertama panduan untuk guru dalam berbicara dengan siswa tentang kejahatan terorisme. Kedua, panduan bagi orangtua untuk bicara terorisme dengan anaknya," ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan melalui keterangan pers, Kamis (14/1).

Anies berharap orangtua diharapkan dapat mencari tahu apa yang mereka pahami. Orangtua perlu membahas secara singkat apa yang terjadi. Hal ini bisa diungkapkan meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi yang kemudian mengajak anak untuk menghindari isu dan spekulasi.

Anies juga meminta orangtua menghindari paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak.

Orangtua juga perlu mengidentifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Kemudian coba untuk memahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik. Anak juga perlu dijelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan bersama tetap perlu dilakukan.

Mantan Rektor Universitas Paramdina ini juga berharap orangtua bisa membantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat, yaitu pelaku kejahatan. Mereka harus dihindarkan dari prasangka pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.

"Selanjutnya jalani kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa aman dan nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita," terang Anies. Ini perlu dilakukan karena kebersamaan dan komunikasi rutin sangat penting untuk mendukung anak.

Anies berharap panduan ini bisa menjadi contoh bagi orangtua dan guru dalam mendampingi anak-anak bila terjadi peristiwa lain. Hal ini jelas dapat berdampak pada anak-anak yang tidak hanya berkaitan dengan soal kejahatan terorisme saja.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement