Rabu 25 Nov 2015 09:51 WIB

Pengamat: Guru Indonesia Seperti Fosil

Rep: c39/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (kanan) melambaikan tangan ke arah para guru yang hadir pada acara puncak Peringatan Hari Guru Nasional ke-21 Tahun 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo (kanan) melambaikan tangan ke arah para guru yang hadir pada acara puncak Peringatan Hari Guru Nasional ke-21 Tahun 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Guru yang diperingati setap tanggal 25 November harus dijadikan momentum untuk evaluasi dan refleksi oleh para guru. Menyambut peringatan tersebut, pengamat pendidikan Mohammad Abduhzen melihat bahwa pengetahuan guru di Indonesia masih jauh dari harapan.

“Guru-guru kita ini, karena pemerintah tidak meperhatikannya, seperti fosil, Pengetahuan dan sikapnya membatu,” kata Abduhzen saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (25/11).

Menurutnya, selama ini cara mengajar guru di Indonesia seperti ritual saja. Tapi, hal ini bukan semata-mata kesalahan guru. Sebab, menurutnya pemerintah selama ini hanya berpikir untuk mengubah kurikulumnya saja, bukan mengubah cara mengajar guru tersebut. “Pemerintah selama ini kalau mau mutu pendidikan meningkat, pasti berpikirnya itu mengubah kurikulum bukan mengubah gurunya,” ujar pria asal Palembang  tersebut. (Baca Juga: KPAI Minta Guru Bedakan Hukuman dengan Pendisiplinan).

Abduhzen mengatakan, selama 70 tahun kurikulum pendidikan di Indonesia sudah berubah sebanyak 10 kali, tapi guru itu tidak pernah untuk diupayakan berubah. Karena itu dia mengatakan wajar saja jika mutu pendidikan Indonesia masih rendah.

Pengamat dari Universitas Paramadina tersebut berharap, pemerintah dapat menyentuh aspek-aspek batin dan juga membangkitkan roh keguruan. Jadi, kata dia, pemerintah jangan hanya sibuk pada hal yang sifatnya administratif dan insentif saja, tapi juga pada morif guru mengajar tersebut.

“Insentif sudah diberikan guru melalui tunjangan profesi. Tapi motifnya tidak ada, atau belum pernah digarap, sehingga motivasi untuk memperbaiki itu rendah,” ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement