Ahad 18 Oct 2015 10:25 WIB

6 Tahun RGI Menjadi Trendsetter Pemberdayaan Pemuda Produktif

6 Tahun RGI Menjadi Trendsetter Pemberdayaan Pemuda Produktif
Foto: DOK: Al Azhar Peduli Umat
6 Tahun RGI Menjadi Trendsetter Pemberdayaan Pemuda Produktif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 6 tahun sudah Rumah Gemilang Indonesia (RGI) beroperasi. Pusat pemberdayaan pemuda produktif ini telah menebar nilai-nilai kemandirian kepada ribuan generasi muda produktif putus sekolah dari 60 kota se-Indonesia melalui program-program pendidikan dan pelatihan (diklat) keterampilan baik yang reguler maupun non reguler.

Program yang didesain dan dijalankan oleh Al Azhar Peduli Ummat sejak tahun 2009 ini telah menjadi trendsetter atau model solusi pengurangan angka pengangguran khususnya pemuda usia produktif yatim dari keluarga kurang mampu.

Di kampus RGI peserta diklat dibekali dengan keterampilan dan keahlian oleh para instruktur professional di bidangnya. Terdapat 6 kelas keterampilan yang dibuka, yaitu: Desain Grafis, Teknik Komputer dan Jaringan, Fotografi dan Videografi, Menjahit dan Tata Busana, Aplikasi Perkantoran dan Teknik Otomotif.

Selama 6 bulan pula mereka digembleng menjadi pemuda berkeahlian, memiliki wawasan pengetahuan dan keagamaan yang luas, berakhlaq baik dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, serta memiliki semangat mandiri dan kemampuan leadership yang baik.

Selama 3 bulan pertama seluruh peserta diklat diberikan materi keterampilan baik teori maupun praktek, baik belajar di dalam kelas ataupun lapangan terbuka. Ruangan belajar dengan kelengkapan peralatan diklat yang memadai ditambah penunjang sarana belajar seperti LCD Player, AC, jaringan internet, mampu men-stimulus peserta diklat untuk terus merasa haus akan ilmu pengetahuan.

Ilmu yang mereka petik bukan hanya dari para instruktur kelas keterampilan. Namun juga dari public figure para pengusaha, pekerja seni, penulis, trainer, pimpinan perusahaan yang dengan sukarela menjadi dosen tamu dalam Stadium General di kampus RGI untuk berbagi pengalaman perjuangan sukses mereka atau success story. Selain itu, seluruh peserta diklat mengikuti factory tour ke perusahaan-perusahaan terkait kelas keterampilannya sebagai upaya menambah wawasan mereka di dunia kerja dan wirausaha serta menguatkan kepercayaan diri.

Tahap 3 bulan berikutnya, setelah peserta diklat mendapatkan materi keterampilan, mereka mengikuti tahapan workshop terpadu dan pemagangan. Dalam agenda workshop terpadu, setiap peserta didorong dan difasilitasi untuk mengejawantahkan ilmu yang didapatkan dalam bentuk karya-karya kreatif dan inovatif yangoriginal didampingi para instrukturnya.

Selanjutnya, di tahapan akhir masa diklat, mereka harus melewati pemagangan di perusahaan, lembaga, unit-unit usaha mitra APU selama 1 sampai 2 bulan. Tujuannya agar mereka dapat merasakan langsung suasana kerja yang menuntut kedispilinan, dikejar target, kualitas kinerja yang baik dan teamwork kuat tanpa meninggalkan ibadah dan nilai-nilai spiritual mereka. Pemagangan juga mampu membuka jaringan dan peluang kerja serta kesempatan untuk membuktikan kualitas diri mereka di mata orang lain. Hasilnya, banyak dari peserta diklat yang awalnya magang, selanjutnya direkrut menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan bergaji layak meskipun tidak memiliki ijazah sarjana bahkan ijazah sekolah dasar sekalipun.

Dalam pembinaan akhlak, mental dan spiritual peserta diklat, RGI menerapkan sistem pesantren boarding. Seluruh peserta, baik yang berasal dari daerah luar Jakarta maupun wilayah Jadebotabek semuanya wajib tinggal di asrama yang telah disiapkan. Hal ini dimaksudkan agar seluruh peserta mendapatkan konten-konten pembinaan yang optimal. Dengan didampingi pendamping atau pembina asrama, peserta diajarkan ilmu dan amalan islam yang benar mulai dari dasar.

Materi-materi yang diajarkan di asrama setiap harinya adalah tentang kayfiyah sholat yang benar, baca-tulis Alquran sampai Tahfizhul quran. Kegiatan dimulai qiyamullail setiap malamnya, disambung sholat shubuh berjama’ah dan setoran hafaan Alquran. Sebelum mulai belajarpun, setiap paginya mereka mengikuti materi Spiritual Care Community (SCC) oleh pendampingnya.

Meskipun fasilitas belajar dan asrama tergolong sangat mewah bagi mereka, namun nilai kesederhanaan dan kemandirian tetap ditanamkan. Misalnya, untuk menyiapkan makan pagi dan makan malam mereka harus bergilir sesuai jadwal piketnya untuk masak menyiapkan makanan bagi teman-teman seluruh asrama. Fasilitas dan sarana belajar yang “mewah” ini diberikan kepada peserta diklat karena memang mereka berhak mendapatkannya. Jadi tidak selamanya lembaga pendidikan tidak berbayar mesti minim fasilitas, serba keterbatasan dan ala kadarnya. APU mampu membuktikan itu.

Dari data yang dihimpun oleh manajemen RGI, 90 persen alumni RGI telah berpenghasilan dengan berbagai jenis kegiatannya. Sedangkan 10 persen nya mereka belum berpenghasilan karena sebagian harus menjadi ibu rumah tangga dan sebagian lainnya karena sakit. Sebanyak 50 persen dari 90 persen yang berpenghasilan, mereka bekerja di bidang sesuai basic keterampilannya. Sedangkan yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya 10 persen. Dan, 30 persen nya berwirausaha dengan bidang yang terkait langsung dengan basic keahliannya maupun tidak terkait langsung.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement