Selasa 13 Oct 2015 11:05 WIB

Gerakan Wajib Membaca 15 Menit di Papua

Sejumlah anak membaca buku yang disediakan gratis di mobil perpustakaan keliling, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (11/10).   (Antara/Sigid Kurniawan)
Sejumlah anak membaca buku yang disediakan gratis di mobil perpustakaan keliling, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (11/10). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID,  TELUK BINTUNI -- Minat baca masyarakat Indonesia masih rendah dibanding negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Berdasarkan hasil survey Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) pada 2012, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001.

Artinya hanya ada 1 dari 1.000 masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca serius. Padahal, minat baca perlu untuk ditumbuhkan sedari dini, agar kebiasaan membaca terbawa hingga seseorang beranjak dewasa guna mengasah kemampuan berpikir seseorang. Hal ini mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencanangkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Permendikbud) No. 21/2015 tentang kewajiban membaca selama 15 menit.

Untuk mendukung Gerakan Wajib Membaca 15 Menit yang dicanangkan Pemerintah, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Teluk Bintuni bersama dengan Putera Sampoerna Foundation melalui School Development Outreach (PSF-SDO) meluncurkan Program Pemberdayaan Perpustakaan di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Program ini terdiri atas pelatihan khusus dan lokakarya bagi kepala sekolah dan guru sekolah dasar (SD) mengenai manajemen perpustakaan serta penyerahan 1.500 buku yang terdiri dari 150 judul buku penunjang pembelajaran untuk 10 SD di Teluk Bintuni, Papua Barat.

“Sebagai sebuah institusi bisnis sosial yang berfokus pada peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, SDO merasa terhormat menjadi bagian dalam pelaksanaan program peningkatan minat baca masyarakat Indonesia, terutama untuk masyarakat di Papua Barat,” ujar Direktur PSF-SDO Ben Suadi, Senin (12/10).

Menurut dia, rendahnya kemampuan dan keterampilan guru dalam mengelola perpustakaan serta minimnya ketersediaan buku di perpustakaan sekolah digadang-gadang menjadi sebab rendahnya minat baca masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru mengenai manajemen perpustakaan dan meningkatkan minat membaca siswa.

Program yang dijalankan selama Oktober hingga Desember 2015 ini terdiri atas manajemen perpustakaan, bedah perpustakaan dan program membaca. Melalui program ini, para peserta pelatihan yang terdiri dari 40 guru dan kepala sekolah dapat mengaplikasikan keterampilan pengelolaan dan pemberdayaan perpustakaan di sekolah tempat mereka mengajar.

“Kami berharap program ini dapat lebih menjangkau lagi beberapa daerah di Papua Barat sebagai bentuk peningkatan akses perpustakaan serta akses pendidikan, sehingga dapat tercipta generasi-generasi penerus bangsa berkaliber tinggi dari Timur Indonesia” kata Ben.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement