Selasa 08 Sep 2015 08:54 WIB

Permainan Tradisional Tingkatkan Kompetensi Sosial Anak

Rep: C97/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah warga mencoba permainan gangsing yang diadakan oleh Kampoeng Dolanan Nusantara saat Car Free Day di Jakarta, Ahad (22/2).    (Republika/Agung Supriyanto)
Sejumlah warga mencoba permainan gangsing yang diadakan oleh Kampoeng Dolanan Nusantara saat Car Free Day di Jakarta, Ahad (22/2). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dewasa ini agen sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan anak tidak hanya keluarga dan sekolah. Melainkan televisi dan permainan konsol. Hal ini menunjukkan didominasi teknologi digital dapat memberi pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak.

“Perolehan kemampuan sosial dari agen-agen yang serba instan dan kurang memperhatikan nilai-nilai edukasi akan mengarah kepada terbentuknya kompetensi sosial anak yang juga instan,” kata lulusan program doktor UGM, Dra. Iswinarti, M.Si, Selasa (8/9).

Ia menambahkan, penelitian tentang pengaruh teknologi digital seperti permainan konsol dan komputer terhadap perkembangan anak telah menunjukkan hasil yang konsisten. Penggunaan internet dalam game online berpotensi menimbulkan bahaya kesehatan fisik dan mental.

Agresivitas merupakan salah satu efek yang berarti dari bermain konsol tersebut. “Sebagian besar game digital mengandung elemen kekerasan seperti perkelahian dan pengrusakan yang menyebabkan kematian atau kecelakaan orang lain,” paparnya.

Dalam disertasinya yang berjudul Pengaruh Permainan Tradisional Melalui Metode Experiental Learning terhadap Kompetensi Sosial Anak Usia Sekolah, Iswinarti melihat permainan tradisional justru memiliki nilai manfaat terhadap perkembangan fisik-motorik, intelektual, sosial ekonomi, emosional, dan kepribadian anak. 

Ia mengatakan permainan tradisional memiliki nilai-nilai sosial dan psikologis yang tinggi. Tetapi ada beberapa kendala yang akan dialami dalam penerapan kembali permainan tradisional pada anak. “Tidak adanya pewarisan, tidak adanya lahan, dan anak lebih tertarik permainan lain yang lebih modern,” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Pada penelitiannya ini Iswinarti mengemukakan metode BERLIAN, yaitu Bermain, Experiential, Learning, Anak. Metode ini berfungsi membantu anak menemukan makna dari pengalaman ketika mereka bermain permainan tradisional.

Salah satu hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak SD di Malang ini menunjukkan hasil yang signifikan. Di mana anak-anak yang melakukan permainan tradisional dengan metode BERLIAN mengalami peningkatan kompetensi sosial lebih tinggi. Dibandingkan anak-anak yang bermain permainan tradisional tanpa metode BERLIAN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement