Senin 31 Aug 2015 10:52 WIB

Atasi Krisis Multidimensional, Perlu Gerakan Indonesia Bermutu (1)

Salah satu diskusi yang digelar secara rutin oleh Gerakan Indonesia Bermutu.
Foto: Dok GIB
Salah satu diskusi yang digelar secara rutin oleh Gerakan Indonesia Bermutu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan perbaikan kondisi krisis multidimensional sangat dibutuhkan. Hal itu mengingat situasi dan tantangan bangsa Indonesia yang semakin berat, antara lain ditandai kurs dolar AS  sudah melebihi Rp 14.000 dan pemutusan hubungan kerja (PHK)  terjadi di mana-mana.

“Dalam situasi itulah  muncul gagasan Gerakan Indonesia Bermutu,” kata  Ketua Dewan Pembina Indonesia Bermutu Dr Burhanudin Tola dalam diskusi mingguan di Jakarta, Sabtu   (29/8).

Burhanuddin menambahkan, bangsa Indonesia membutuhkan suatu solusi yang komprehensif dan merata sehingga semakin hari semakin terlihat kemajuan dan perbaikan yang ada. “Gerakan Indonesia Bermutu ini dimulai dari sektor pendidikan, karena pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan bangsa yang berkualitas juga,” ujar Burhanuddin.

Pakar pendididikan Zulfikri Anas mengemukakan,  pendidikan merupakan pondasi dasar dalam membangun sumber daya manusia. “Mulailah dari pendidikan yang kreatif, inovatif, dan mambangun integritas sehingga memberikan kontribusi positif untuk membangun bangsa Indonesia,” tutur Zulfikri pada kesempatan yang sama.

Menurut Zulfikri, seiring dengan tuntutan daya saing masyarakat ekonomi ASEAN  2015, bangsa Indonesia  harus menyiapkan strategi dan desain yang kolaboratif. “Hal itu penting agar memberikan action untuk menyiapkan generasi emas Indonesia,” ujar Zulfikri Anas.

Dalam diskusi tersebut, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta  Evi Afrizal Sinaro memberikan penguatan bahwa diperlukan kajian atau riset yang mengetahui sejauh mana minat baca dan minat menulis dari kalangan usia dini, guru, dan masyarakat umumnya.

“Sebab,  salah satu indikator negara yang bermutu apabila budaya membaca dan menulis sudah terbangun dengan baik,” kata Afrizal yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Al-Iman Citayam, Depok, Jawa Barat.

Afrizal menambahkan, membaca dan menulis merupakan hal yang mendasar dalam proses pendidikan. “Garda terdepan yang harus meningkatkan  budaya membaca dan budaya menulis adalah guru. Guru harus berubah dan menghasilkan karya inovatif sehingga terjadi perubahan pada proses pembelajaran,” tegas Afrizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement