Ahad 30 Aug 2015 14:53 WIB

Sekolah di Makassar Terpapar Iklan Rokok Tertinggi di Indonesia

Iklan rokok disegel.
Foto: Antara
Iklan rokok disegel.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Peneliti dari Departemen Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti mengatakan, sebanyak 360 sekolah dari lima kota yang diteliti di Indonesia, sekolah di Makassar terpapar iklan rokok tertinggi.

"Iklan rokok di Kota Makassar di tempat penjualan ditemukan pada 90 persen sekolah yang diamati," kata Santi pada paparan hasil survei di lima kota tentang 'Serangan Iklan Rokok di sekitar Sekolah' di Makassar, Ahad (30/8).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di lima kota, yakni Jakarta, Bandung, Makassar, Mataram dan Padang sepanjang Maret hingga April 2015 diketahui, iklan rokok di sekitar sekolah di Makassar mencapai 67 persen, disusul Mataram 36 persen, Bandung 22 persen dan Jakarta 18 persen.

Penelitian tersebut dilakukan oleh empat lembaga yang bekerja sama yakni Klub Jantung Remaja (KJR), Lentera Anak Indonesia (LAI), Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) dan Smoke-Free Agents (SFA).

Menurut Santi, kondisi itu sangat memprihatinkan karena anak sekolah merupakan target sasaran dari perusahaan industri rokok untuk menjadikan anak-anak dan remaja sebagai pengganti perokok dewasa saat ini.

Perokok aktif di Indonesia mencapai 66 juta yang menempatkan posisi Indonesia berada pada urutan ketiga di dunia sebagai konsumen rokok terbesar.

Bahkan dari hasil penelitian diketahui, sekitar 30 persen anak usia dibawah 10 tahun sudah pernah mencicipi rokok. Sedang setiap tahun terdapat 3,9 juta anak muda Indonesia direkrut sebagai perokok pengganti. "Artinya setiap hari terdapat 10.869 orang anak terbujuk merokok dan 20,3 persen anak sekolah perokok aktif," katanya.

Sementara itu, psikolog dan dosen Universitas Negeri Makassar Dr Asniar Khumas mengatakan, hasil pemantauan tersebut memperlihatkan bahwa industri rokok memasukkan pesan-pesan positif secara terus-menerus melalui iklan rokok, tanpa disadari anak dan remaja telah memasukkan persepsi bahwa rokok merupakan hal keren dan gaul dalam alam bawah sadar mereka.

Dia mengatakan, dari laporan pemantauan iklan rokok diketahui bahwa penempatan iklan dan promosi rokok di tempat penjualan, ditemukan di sekitar 90 persen sekolah yang dipantau. "Dan yang sangat disayangkan, karena Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang belum meratifikasi kerangka kerja mengenai kontrol tembakau (FWTC)," ujarnya.

Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Sulsel Salam Soba mengatakan, pihaknya akan mengeluarkan surat edaran kepada pengelola sekolah sebagai bentuk penguatan dan penegasan dari SK gubernur yang sudah ada tentang larangan merokok di lingkungan sekolah, termasuk membendung iklan rokok di sekitar sekolah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement