Rabu 26 Aug 2015 20:23 WIB

Tak Kuasai Bahasa Indonesia Buat Anak Putus Sekolah

Rep: c13/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak  harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi
Anak harus bekerja membantu orang tua, menjadi salah satu penyebab putus sekolah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah telah menerapkan program Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun beberapa waktu lalu. Program ini dinilai akan menemukan banyak kendala mengingat banyak hal yang perlu diperbaiki ke depannya.

Lead Advisor on Regional Programs and Basic Education, Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia, Basilius Bengoteku mengungkapkan, kendala utama program ini sudah terjadi di kelas-kelas awal atau pendidikan dasar. Menurutnya, hampir sebagian besar anak Indonesia di daerah terpencil tidak bisa melanjutkan sekolah. Bahkan, lanjut dia, terdapat sejumlah anak yang tidak mendaftar sekolah sama sekali.

Pria yang biasa disapa Bas ini menyatakan, penguasaan bahasa Indonesia merupakan penyebab utama dari putus sekolah. “Maupun miskinnya pembelajaran di pedesaan dan daerah terpencil,” ujar Bas saat Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat tentang Wajar 12 Tahun bertema 'Strategi Percepatan Pendidikan Dasar di Pedesaan dan Daerah Terpencil: Penggunaan Bahasa Ibu sebagai Bahasa Pengantar di Kelas-kelas Awal', Rabu (26/8).

Ia mengatakan, hal ini terjadi di sejumlah wilayah, terutama di Papua dan Papua Barat. Menurut Bas, anak-anak di daerah tidak mengerti bahasa pengantar belajar mereka, yakni bahasa Indonesia. Ia berpendapat, bahasa ini terdengar asing bagi mereka mengingat mereka selalu menggunakan bahasa ibu mereka dari kecil. Oleh sebab itu, pembelajaran mereka pun berjalan lambat. Bahkan, tambah dia, situasi ini mendorong para siswa untuk ‘keluar dari kelas’.

Pada kesempatan yang sama, Bas menerangkan,  pemerintah memang sudah mengantisipasi hal tersebut dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015. Menurutnya, bahasa ibu siswa memang diwajibkan digunakan sebagai bahasa pengantar saat pembelajaran hingga tahun ketiga pendidikan dasar. Ia berpendapat, upaya ini bisa memudahkan mereka dalam memahami mata pelajaran nantinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement