Senin 24 Aug 2015 16:15 WIB

Siap Siaga Bencana Alam Perlu Diajarkan di Sekolah

Rep: c13/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang bocah menunjukkan jalan yang retak akibat gempa bumi di Desa Klangon, Madiun, Jatim, Jumat (26/6).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Seorang bocah menunjukkan jalan yang retak akibat gempa bumi di Desa Klangon, Madiun, Jatim, Jumat (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kegiatan siap siaga terhadap bencana alam perlu diajarkan di sekolah-sekolah. Menurut Koordinator penelitian LIPI, Irina Rafliana, siswa sekolah perlu diajarkan tentang cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana.

Iriana berpendapat kegiatan tersebut memang sangat perlu diterapkan di tingkat sekolah. Sebab, tingkat siap siaga bencana alam di sekolah lebih rendah daripada masyarakat maupun aparat. Hal ini diungkapkannya berdasarkan penelitian LIPI dan UNESCO pada 2006.

Berdasarkan temuan itu, Iriana menerangkan, sekolah merupakan bagian publik terpenting untuk diaplikasikan pelatihan tersebut. Pasalnya, kata dia, sekolah memiliki kerentanan kerusakan cukup tinggi karena bencana. Ia menegaskan, sebagian besar sarana dan prasarana sekolah di Indonesia memang sangat rentan terhadap bencana.

Iriana menyebutkan salah satu peristiwa gempa bumi yang sempat terjadi di Sumatera Barat. Ia mengungkapkan, kejadian itu menunjukkan betapa besar dampak kerusakan sekolah. Terutama, lanjut dia, yang terjadi pada ruang-ruang kelas. Menurutnya, kejadian itu pun mengakibatkan proses kegiatan belajar mengajar terhenti.

Sejauh ini, Iriana menyatakan, pihaknya bersama UNESCO dan Jepang telah mengupayakan program siap siaga terhadap sekolah terhadap bencana alam. Upaya tersebut terwujud dalam Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB).  Program ini sudah berlangung sejak 2006.

Iriana juga menerangkan, perkuat siap siapa terhadap bencana sangat perlu diterapkan di tingkatan masyatakat. Menurutnya, hal ini tidak hanya memberikan pendidikan tentang bencana alam. Namun, kata dia, mampu mengurangi risiko bencana, yakni mengurangi jumlah korban terutama anak usia sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement