Rabu 19 Aug 2015 08:54 WIB

Sekolah di Pedalaman Papua Kekurangan Guru

  Seorang guru mengajar dua kelas sekaligus di ruangan terbuat dari bambu di SD Negeri Girijagabaya, di Kampung Sinarjaya, Muncang, Lebak, Banten, Rabu (27/11). (Antara/Asep Fathulrahman)
Seorang guru mengajar dua kelas sekaligus di ruangan terbuat dari bambu di SD Negeri Girijagabaya, di Kampung Sinarjaya, Muncang, Lebak, Banten, Rabu (27/11). (Antara/Asep Fathulrahman)

REPUBLIKA.CO.ID,BANTI -- Sebuah sekolah di Banti, desa terdekat dari Tembagapura, Mimika mengalami kekurangan guru. Kondisi ini hanyalah satu dari ratusan sekolah yang kekurangan tenaga pengajar di Papua.

Salah satu guru di SMP Negeri Banti, Sugiyarto, mengungkapkan, di sekolahnya hanya terdapat 5 guru pegawai negeri. Permasalahannya, karena jumlah siswa banyak, dan mata pelajaran SMP diajarkan oleh guru mata pelajaran, jumlah guru di Banti tergolong minim.

"Terkadang untuk mata pelajaran seperti matematika dan olahraga, kami saling merangkap. Harusnya ada sendiri guru matematika, olahraga, dan seni budaya," jelasnya, Rabu (19/8).

Tantangan lain yang dihadapi oleh para guru adalah dorongan orang tua murid yang kurang. Sugiyarto menyebutkan, kerap kali murid tidak masuk dalam hitungan beberapa minggu. Alasannya bervariasi, busa karena ikut ke kampung atau ada acara pernikahan. Belum lagi, lanjutnya, medan yang tergolong sulit semakin menyulitkan akses.

"Padahal kita ada syarat minimal 75 persen presensi. Padahal sama sekali ga ada yang memenuhi. Tapi kami terpaksa menaikkan karena kalau engga ya urusan lagi. Ribut lagi nanti. Itulah rendahnya dorongan orang tua," katanya.

Untuk merekrut guru honorer sendiri, kata Sugiyarto, butuh dana lebih dari sekolah. Sedangkan, dengan kondisi ekonomi siswa, maka sekolah kesulitan mendapat tambahan dana. Sugiyarto berharap pemerintah daerah Mimika bisa mengirim lagi guru pegawai negeri ke sekolahnya.

SMP Negeri Banti sendiri satu gedung dengan SD Inpres Banti. Mulai dari lahan, gedung, hingga perumahan guru, semua dibangun oleh PT Freeport Indonesia. Lokasi yang berdekatan dengan penambangan tembaga dan emas milik Freeport, membuat perusahaan yang berinduk di AS ini turut menyalurkan bantuan.

PT Freeport juga mendirikan sebuah Rumah Sakit gratis tepat di samping sekolah. Kurang lebih ada 275 kepala keluarga yang menempati Kampung Banti. Mayoritas penduduk di Banti masuk dalam Suku Amungme, di samping beberapa suku lain dengan jumlah lebih kecil.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement