Sabtu 08 Aug 2015 22:15 WIB

Era MEA 2015, Akademisi Harus Siap Bersaing

Pemaparan panelis pada KNIT 2015 yang digelar oleh LPPM STMIK Nusa Mandiri di Bekasi, Sabtu (8/8).
Foto: Dok STMIK Nusa Mandiri
Pemaparan panelis pada KNIT 2015 yang digelar oleh LPPM STMIK Nusa Mandiri di Bekasi, Sabtu (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sudah di depan mata. Berbagai sektor di Tanah Air harus siap menghadapinya. Tak terkecuali para akademisi yang selama ini bergelut di perguruan tinggi.

Hal tersebut terungkap dalam Konferensi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (KNIT) 2015 yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STMIK Nusa Mandiri.  Acara tersebud digelar di  Auditorium Kampus BSI Kaliabang, Bekasi Utara, Jawa Barat, Sabtu (8/8).

 

Seminar nasional yang dibuka oleh Koordinator Kopertis III Jakarta Prof Dr Ilza Mayuni MA itu menampilkan pembicara antara lain Prof Dr R Eko Indrajit  M.Sc sebagai anggota Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Ketua Dewan Pembina Assosiasi Pendidikan Tinggi Informatika & Komputer se Indonesia (APTIKOM).

Selain itu, Prof Dr Zainal A Hasibuan Ph D sebagai ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan Guru Besar Teknologi Komputer UI; dan  Guru Besar Bioteknologi Pertanian universitas Jember Prof Dr sc Agr Ir Didik Sulistyo.

Siaran pers STMIK Nusa Mandiri yang diterima Republika, Sabtu (8/8) menyebutkan, para peserta sangat antusias mengikuti KNIT 2015, karena materi disampaikan sangat menarik. Eko Indrajit menyampaikan materi mengenai konteks pengembangan ilmu terkait dengan sertifikasi dosen dan penerapannya dalam mempersiapkan ASEAN untuk menghadapi MEA yang akan dilaksanakan.

Sedangkan Zainal A. Hasibuan menyampaikan pengembangan SDM Indonesia untuk menghadapi daya saing pangsa global karena dampak dari dilaksanakannya MEA 2015. Didik Sulistyanto membahas daya saing Indonesia dalam berbagai aspek untuk menghadapi MEA 2015.

Ketua STMIK Nusa Mandiri Dr Mochamad Wahyudi MM MKom MPd mengatakan konferensi tersebut tidak hanya  memotivasi para akademisi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. “KNIT 2015 juga  menjadi sarana bagi para akademisi maupun profesional dalam menyampaikan dan mempublikasikan ilmu baru yang diperoleh selama penelitian dilakukan. Serta membudayakan budaya menulis,” kata Wahyudi.

Ia menambahkan, sebagai perguruan tinggi yang konsen dengan perkembangan ilmu pengetahuan, STMIK Nusa Mandiri setiap tahunnya berkomitmen akan selalu menyelenggarakan konferensi/seminar bertaraf nasional maupun internasional. “Hal tersebut  guna mendukung upaya pemerintah untuk memajukan jumlah penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para dosen di Indonesia, dalam upaya menyikapi MEA 2015,” papar Mochamad Wahyudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement