Selasa 28 Jul 2015 16:58 WIB

Ospek Bukan Ajang Balas Dendam

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
Ospek mahasiswa baru.     (ilustrasI)
Foto: Antara/Novandi K Wardananz
Ospek mahasiswa baru. (ilustrasI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Pengamat Pendidikan dari Universitas Gajah Mada (UGM) Darmaningtyas mengungkapkan kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) mahasiswa baru bukan ajang balas dendam antara senior dan junior. Menurutnya, kegiatan ini merupakan masa perkenalan mahasiswa terhadap kampus barunya.

“Ada beberapa pengertian dari OSPEK, pertama, kegiatan ini merupakan cara mahasiswa mengenal kampusnya,” ujar Darman saat dihubungi Republika, Selasa (28/7).

Kemudian, Darman menerangkan, OSPEK merupakan kegiatan yang bisa membangun keakraban antar mahasiswa. Pasalnya, kata dia, sesama mahasiswa baru jelas belum mengenal satu sama lain.

Selain bisa saling mengenal, ia juga berpendapat kegiatan ini memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengenali budaya mereka masing-masing. “Untuk itu, saya rasa kegiatan OSPEK masih diperlukan dan tidak perlu dihapus,” ungkap Darman.

Menurut Darman, kegiatan OSPEK atau orientasi itu penting untuk dilakukan. Ia mengatakan, seluruh negara di dunia ini terdapat kegiatan demikian. Ia menegaskan, kegiatan di negara-negara lain memiliki kegiatan serupa tapi lebih diarahkan ke kegiatan kreativitas.

Darman menerangkan, para mahasiswa di luar negeri acapkali menyelenggarakan pentas bersama di awal masa perkuliahan. Ia berpendapat, kegiatan OSPEK seperti itu jelas mampu membangun rasa percaya diri dan kreativitas para mahasiswa. “Jadi, pada hakikatnya OSPEK itu sebenarnya positif,” katanya.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Natsir menerbitkan buku pedoman yang isinya melarang orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) mahasiswa baru perguruan tinggi yang menggunakan cara kekerasan atau perploncoan.

Ia menegaskan, sudah ada aturan yang menetapkan bahwa ospek di perguruan tinggi, baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS) harus ditata dengan baik.

“Ospek di perguruan tinggi tidak boleh mengandung perploncoan karena sifatnya memperkenalkan kegiatan kampus. Sudah ada buku pedoman mengenai ini dan kami sebarkan pada bulan Juni lalu,” ujarnya disela-sela peninjauan ujian masuk mandiri Universitas Diponegoro (Undip), di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 29 Jakarta, Ahad (26/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement