Selasa 28 Jul 2015 14:36 WIB

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti harus Libatkan Semua Pihak

Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Prof Dr Suyatno
Foto: dok.aptisi
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Prof Dr Suyatno

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Penerapan Program Budi Pekerti yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus melibatkan semua pihak, kata Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Prof Dr Suyatno.

"Saya kira semua pihak harus terlibat, tidak hanya guru di sekolah tetapi juga orang tua," ujarnya di sela-sela pengukuhan Kornas Fokal IMM di Jakarta, Selasa.

Suyatno menilai PBP yang dituangkan dalam Permendikbud 21/2015 tersebut harus benar-benar diterapkan dan bukan hanya peraturan belaka."Paling penting penerapannya seperti apa," kata dia.

Dengan wajah pendidikan seperti saat ini, Suyatno menilai PBP dapat menjadi angin segar bagi perbaikan akhlak pelajar.

Dia menilai untuk mendidik anak pintar dalam bidang matematika maupun sains, hanya perlu waktu pendek, namun untuk mendidik anak mempunyai perilaku baik maka memerlukan waktu yang tidak sedikit.

"Waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan budi pekerti yang baik memerlukan waktu yang sangat panjang dan harus dimulai sejak dini," kata dia.

Menurut Suyatno, orientasi pendidikan pada saat ini harus berubah, tidak lagi pada hasil namun pada penanaman dan tumbuh kembang moral yang baik, cinta pada negara maupun agama.

"Saya berharap PBP tidak sekadar menjadi gerakan, tapi harus menjadi kewajiban," kata dia.

Sebelumnya, Kemdikbud meresmikan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). PBP merupakan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah, yang dimulai sejak masa orientasi peserta didik baru sampai kelulusan.

PBP merupakan upaya menjadikan sekolah sebagai taman untuk menumbuhkan karakter positif bagi para peserta didik.

PBP fokus dilakukan melalui kegiatan nonkurikuler, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler.

Metode pelaksanaan PBP disesuaikan untuk semua jenjang pendidikan dan cara pelaksanaannya bersifat kontekstual atau disesuaikan dengan nilai muatan lokal daerah.

"Pada jenjang sekolah menengah, metode pelaksanaan itu melalui program pembiasaan keteraturan dan pengulangan yang dimulai sejak dari masa orientasi, proses kegiatan ekstrakurikuler, intrakurikuler, sampai kelulusan," kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad.

Pada jenjang sekolah dasar, metode pelaksanaan berupa pengamatan dan meniru perilaku positif guru dan kepala sekolah.

"Guru dan kepsek harus menjadi teladan langsung dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan PBP," katanya.

Alur penerapan penumbuhan budi pekerti akan diterapkan ke dalam enam tahapan, yakni tahap yang diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten, kebiasaan, karakter, dan menjadi budaya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement