Kamis 04 Jun 2015 17:55 WIB

Kisah Peace Corps AS, Kelelahan Hingga Terima Tamu Khitanan

Rep: c 74/ Red: Indah Wulandari
Peace Corps di Indonesia
Foto: peacecorps.gov
Peace Corps di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Kylie Holland, Ray Kricel, dan Eddie Van mengenakan batik warna hijau, berdiri dengan senyum mengembang. Wajah bule mereka menarik perhatian para tamu yang hadir.

Dengan senyum ramah, para relawan Peace Corps Amerika Serikat ini menyalami satu per satu kepala sekolah dan guru dari berbagai sekolah di Jawa Timur.

Kylie yang akan mengajar bahasa Inggris di Ponorogo mengaku kelelahan dengan jadwal acara yang cukup padat.

"Lelah sekali tapi sangat menyenangkan, orang Indonesia sangat terbuka, dan masakan Indonesia sangat luar biasa," kata sarjana psikologi ini, Kamis (4/6).

Dalam pelepasan relawan Peace Corps yang dilakukan langsung oleh Konjen Amerika Serikat untuk Indonesia, Joaquin Moresseau di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kebanyakan dari relawan menggunakan dana pribadi.

Sebelum dilepas untuk mengajar Bahasa Inggris selama dua tahun di sekolah dan madrasah di Jawa Timur dan Jawa Barat, sebanyak 38 anggota Peace Corp terlebih dahulu mengikuti pelatihan dengan tinggal di rumah-rumah penduduk desa di sekitar Malang selama 10 minggu.

“Saya banyak belajar selama tinggal bersama induk semang, mulai dari cara makan, berkomunikasi hingga budaya. Yang paling berkesan untuk saya mengikuti acara khitan keluarga angkat saya,” ucap Ray Kricel.

Ray yang didapuk menjadi penerima tamu harus berdiri selama lima jam. Hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Pria yang bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat di bidang HAM ini lelah tapi itu membuatnya merasa diterima dan menjadi bagian anggota keluarga.

Setelah 10 minggu, kemarin, mereka dilepas untuk mengajar Bahasa Inggris di Jawa Timur. Dalam acara pelepasan  mereka mengucap janji untuk mengabdi.

Moresseau berpesan agar para relawan ini bisa menjaga hubungan baik antara AS dan Indonesia.

“Yang paling penting mereka dapat menjadi representasi masyarakat Amerika, bukan pemerintah, tapi masyarakatnya, karena mereka juga berasal dari berbagai suku dan ras dari berbagai negara bagian, sangat beragam seperti Indonesia,” katanya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf  menyambut baik progam Peace Corps ini sejak diluncurkan pada tahun 2010 lalu.

"Kita tidak bisa melihat sebuah negara dari filmnya, Amerika dari film Hollywood, India dari Bollywood, apalagi Indonesia, filmnya Sundel Bolong," kata Gus Ipul berseloroh.

Maka, tambah Gus Ipul, untuk memahami kebudayaan bangsa lain harus bertemu dengan masyarakatnya. Pertemuan dua negara akan menjalani perdamaian lintas budaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement