Rabu 03 Jun 2015 03:42 WIB

Daun Nangka dan Mahoni Mampu Serap Timbal

Rep: c13/ Red: Agung Sasongko
Daun Nangka bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama penyerap timbal.
Daun Nangka bisa dimanfaatkan sebagai bahan utama penyerap timbal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penemu masker penyerap timbal Ahmad Abrar mengatakan, bahwa zat timbal itu jelas sangat bahaya terhadap kesehatan manusia terutama pernapasan. Menurutnya, efeknya mungkin belum terasa untuk detik ini pada beberapa orang. Namun hal ini akan Nampak terasa saat usia orang-orang tersebut menjelang tua. Bahkan, lanjut dia, efek dari zat ini bisa menyebabkan kematian.

Timbal memang menjadi zat yang sangat berbahaya bagi pernapasan manusia. Kandungan yang sangat berbahaya ini pun harus ditemui oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi, tambah dia, udara polusi yang berada di Jakarta. “Saya tidak tahu berapa udara kotor dan berbahaya itu masuk ke dalam pernapasan masyarakat,” ujarnya, Selasa (2/6).

Dengan adanya kondisi itu, Abrar dan Irham pun tertarik untuk menelusuri cara agar masyarakat bisa terhindar dari zat timbal (Pb). Mereka menegaskan keinginan kuat untuk mencari bahan yang bisa dipadukan dengan masker demi terhindar dari zat berbahaya itu. Hingga akhirnya, terangnya, mereka pun mendapatkan sebuah inspirasi dari sebuah website.

Abrar mengaku pernah membaca sebuah website yang membahas tentang zat timbal. Pada website tersebut, menurutnya, terdapat seorang pakar Amerika Serikat (AS) yang menyebutkan bahan-bahan yang bisa melindungi manusia dari timbal. “Ternyata sangat banyak bahan-bahannya,” jelasnya.

Di antara bahan-bahan tersaji, entah mengapa Abrar dan Irham tertarik pada dua daun yang diungkapkan pakar tersebut. Menurutnya, daun nangka dan mahoni merupakan daun yang mampu membuat mereka menarik seketika.

Pilihan terhadap dua daun ini jelas bukan tanpa alasan. Menurutnya, belum ada orang yang menggunakan kedua daun ini untuk dijadikan bahan untuk mencegah zat timbal. Selain itu, daun-daun ini sangat mudah untuk dijangkau bagi masyarakat Indonesia.

“Kami ingin sesuatu yang berbeda dan belum pernah dibuat sebelumnya,” tegasnya.

Setelah menentukan bahan-bahan tersebut, Abrar dan Irham pun mulai melakukan uji coba. Mereka juga mulai menentukan bahan utama lainnya, yakni helm dan masker.

Mengenai helm, Abrar mengungkapkan bahwa mereka memilh helm standar yang berwarna biru. Sedangkan, lanjut dia, untuk masker, mereka memilih maker refill untuk digunakan. Kemudian, mereka juga mulai mencari desain agar masker tersebut bisa berpadu dengan helm.

Pada perlombaan ISPO, Abrar mengaku hanya satu  karya yang mereka hasilkan. Namun, setelah mendapat saran dari juri, mereka pun mulai menambah konsep lainnya dengan satu tema karya yang sama. “Jadi, saat ISPRO kami membuat masker helm untuk para pengendara motor dan masker biasa untuk para pejalan,” ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement