Senin 25 May 2015 20:45 WIB

Anies Inginkan Semua Naskah Kuno Jadi Warisan Dunia

Naskah Kuno. Ilustrasi
Foto: Antara
Naskah Kuno. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan ingin semua naskah kuno di Tanah Air dapat menjadi warisan dunia melalui pengukuhan dari UNESCO.

"Saat ini, ada sekitar 10.300 naskah kuno yang usianya sudah ratusan tahun," kata Anies usai acara penyerahan piagam pengukuhan di Perpusnas, Jakarta, Senin.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan dan harus dimanfaatkan untuk proses pembelajaran.

"Naskah kuno ini menunjukkan tradisi tulis-menulis sudah ada sejak dahulu kala."

Anies menginginkan naskah-naskah kuno tersebut dapat dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia.

"Kami juga ingin merangsang proses kreatif. Memunculkan nilai dalam konteks kekinian yang dikembangkan dari naskah kuno," jelas dia.

Anies Baswedan menyerahkan piagam pengukuhan Negarakertagama dan Babad Diponegoro sebagai warisan dokumenter atau ingatan dunia (MoW) Badan Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) kepada Kepala Perpustakaan Nasional.

MoW atau disebut dengan warisan dokumen diartikan dengan ingatan manusia dari peradaban kuno dan modern serta sebagian besar warisan budaya dunia. Negarakertagama dan Babad Dipanegara merupakan naskah kuno beraksara dan berbahasa Jawa.

Negarakertagama dan Babad Dipanegara dikukuhkan sebagai oleh warisan dokumenter melalui sidang UNESCO di Korea Selatan 18 - 21 Juni 2013.

Negarakertagama ditulis oleh Mpu Prapanca pada lembaran lontar, yang berisi kesaksian pemerintahan Majapahit pada masa Raja Hayam Wuruk (abad ke-14).

Dalam kitab tersebut, dijabarkan mengenai ide modern tentang keadilan sosial, kebebasan beragama, keamanan pribadi, dan kesejahteraan rakyat dijunjung tinggi.

Naskah itu juga memberi kesaksian mengenai sikap demokratis dan keterbukaan otoritas di depan rakyat pada zaman yang masih menganut keabsolutan rakyat.

Negarakertagama hilang bersama reruntuhan Majapahit hingga akhirnya ditemukan kembali oleh seorang Belanda yang kemudian dibawa ke Belanda untuk dipelajari.

Di Belanda, kitab disimpan di perpustakaan Universitas Leiden dan dikembalikan ke Indonesia pada 1973.

Babad Dipanegara diajukan sebagai MoW pada 2010. Babad Dipanegara berisi biografi yang ditulis sendiri oleh seorang bangsawan Jawa, pahlawan nasional dan pejuang Islam dari Yogyakarta, Pangeran Diponegoro (1785-1855). Babad Dipanegara ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro selama masa pengasingan di Sulawesi Utara (1831-1832).

Babad Dipanegara adalah sebuah dokumen pertama dalam sastra Jawa modern yang memperlihatkan kepekaan yang mendalam pada kondisi dan keadaan lokal pada masa itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement