Rabu 22 Apr 2015 03:41 WIB

Pengelola Madrasah Diminta Waspadai Bahan Ajar Bermuatan Radikal

Buku Sejarah Kebudayaan Islam.
Foto: FB
Buku Sejarah Kebudayaan Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat Sulaiman Hamid meminta tenaga pendidik madrasah yang ada di daerahnya mewaspadai bahan ajar yang bermuatan radikalisme karena bisa menyesatkan peserta didik.

"Sampai sekarang belum ada temuan, tapi kami selalu meminta pengawas meninjau kondisi madrasah, khususnya berkaitan dengan bahan ajar yang dipakai," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa Malam.

Ia mengatakan pihaknya sudah meminta kepada seluruh pengelola madrasah untuk mewaspadai dan memberikan laporan jika ada temuan yang berkaitan dengan bahan ajar bermuatan paham radikalisme. Namun hingga saat ini belum ada madrasah yang memberikan laporan terkait materi ajar yang menyimpang dari yang sudah ditentukan oleh Kementerian Agama,

"Kalau pun nanti ada laporan, tentu kami harus menelaah dulu. Tapi kami belum menjumpai buku-buku yang bertentangan dengan standar ajar yang diberikan Kementerian Agama," ujarnya.

Sulaiman menambahkan pihaknya sudah mendapat informasi dari Kemenag terkait adanya buku mata pelajaran "Agama Islam" yang berisi hal-hal yang justru bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu, adanya peredaran buku Lembar Kerja Siswa (LKS) Madrasah Aliyah kelas X mata pelajaran SKI yang memicu reaksi keras masyarakat karena ada indikasi pelecehan sahabat Nabi Muhammad SAW.

"Informasi itu sudah kami terima pada bulan lalu, dan kami tindaklanjuti dengan melakukan pemantauan di seluruh madrasah melalui pengawas," katanya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menginstruksikan kepada setiap kepala madrasah untuk tidak mempergunakan LKS Madrasah Aliyah kelas X mata pelajaran SKI yang terindikasi melecehkan sahabat Rasulullah SAW.

Selain itu, Menag juga meminta agar madrasah yang sudah telanjur memiliki LKS tersebut karena diperdagangkan oleh penerbit swasta, segera menariknya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement