Jumat 17 Apr 2015 11:55 WIB

Tangkal Paham Radikal, Pemkab Sleman Bentuk komite Pengawas Siswa

Rep: c 97/ Red: Indah Wulandari
 Sejumlah santri di Ponpes Lirboyo Kediri menjalani pemantapan dakwah Allussunah Wal Jamaah (Aswaja) untuk menangkal penyebaran paham radikalisme Islam.
Foto: Antara/Arief Priyono
Sejumlah santri di Ponpes Lirboyo Kediri menjalani pemantapan dakwah Allussunah Wal Jamaah (Aswaja) untuk menangkal penyebaran paham radikalisme Islam.

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman waspadai paham radikal pada siswa dengan cara membentuk komite pengawas. Tim pengawas secara rutin mengunjungi sekolah untuk menanamkan wawasan kebangsaan dan nasionalisme. 

“Biasanya kunjungan ke sekolah dilakukan setiap hari Senin, dan penyampaian wawasan kebangsaan pada upacara,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sleman Arif Haryono, Jumat (17/4).

Arif menceritakan, dulu sempat ada SMP yang tidak mau menghormat pada bendera dan tidak mau menyelenggarakan upacara.

"Namun, setelah diberi pemahaman, akhirnya SMP tersebut tobat. Sekarang mereka sudah menjalankan upacara seperti biasanya," tutur Arif.

Agar hal tersebut tidak terulang, sampai sekarang Disdikpora terus menjalankan koordinasi pengawasan ke sekolah.

Hal ini dibenarkan oleh Bupati Sleman Sri Purnomo. Ia menuturkan, selain dengan Disdikpora, Pemkab selalu bekerja sama dengan Kementerian Agama Sleman untuk mengantisipasi paham radikal.

Selain melalui pengawasan, Sri mengatakan bahwa guru memiliki peran penting untuk meredam paham berbahaya bagi para siswa. Yakni dengan menanamkan tata nilai kebangsaan.

Ia sendiri sangat menyayangkan fanatisme yang berlebihan terhadap agama. "Menghormati itu maksudnya bukan menuhankan bendera.

Melainkan untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Jangan dipikir perjuangan mereka tidak berat," paparnya.

Sri meminta agar semua masyarakat tidak memahami agama secara sempit. Sehingga mudah dihasut oleh orang-orang tertentu untuk membenci NKRI.

Sebelumnya, beredar berita mengenai dua orang siswa di DIY yang tidak mau memberi hormat pada bendera. Mereka disinyalir terpengaruh oleh paham radikal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement