Selasa 14 Apr 2015 18:19 WIB

Indeks Integritas Pendidikan Hanya Buang Energi?

Rep: Hilyatun Nishlah / Red: Taufik Rachman
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang
Foto: antara
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat pendidikan, Doni Koesoema mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hanya buang-buang energi, untuk mengeluarkan kebijakan indeks integritas.

"Daripada sibuk dan buang-buang energi untuk indeks integritas, lebih baik Kemendikbud fokus melakukan perbaikan pada sistem Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika, ingin membangun kejujuran dalam pendidikan," ujarnya kepada Republika, Selasa (14/4).

Ia menegaskan, indeks integritas tidak akan berpengaruh besar pada tingkat kejujuran pendidikan. Tapi, justru menimbulkan rasa kecurigaan dan keraguan terhaap sekolah  dan pemerintah. Apalagi, orang tua tidak diberitahukan dengan detail bagaimana proses penilaian indeks integritas.

Padahal, orang tua yang lebih merasa khawatir karena anak-anak mereka yang mengenyam pendidikan. Sehingga, sudah sepatutnya orang tua lah yang harus lebih dahulu mengetahuinya.

Menurutnya, pemerintah harus ingat kembali apa tujuan adanya indeks integritas itu. Kejujuran adalah nilai yang sangat penting dalam pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah khususnya Kemendikbud harus benar-benar matang menanamkan kejujuran.

"Terpenting, nilai kejujuran jangan hanya dinilai dari jawaban ujian para siswa. Karena, setiap anak memilki kemapuan yang berbeda-beda. Dan, jika digeneralisasikan maka, hanya menimbulkan diskriminasi bagi para siswa."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement