Kamis 29 Jan 2015 14:18 WIB

UN Sistem Online, Sekolah Terkendala Fasilitas

Rep: mj01/ Red: Agus Yulianto
Siswa SMA saat melaksanakan ujian nasional.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Siswa SMA saat melaksanakan ujian nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Enam sekolah di Jabar bakal menerapkan ujian nasional sistem komputer (online). Namun, dua dari enam sekolah itu masih terkendala fasilitas (jumlah) komputer yang harus digunakan.

Berdasarkan hasil rapat Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jabar dengan disdik kabupaten/kota dan beberapa sekolah di Bandung pada Selasa (27/1), ada enam sekolah yang akan menerapkan UN sistem komputer. Namun, dua diantaranya SMAN 3 Bandung, dan SMAN 5 Bandung, masih terkendala jumlah computer.

Dalam surat keputusan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud yang dibahas dalam rapat Selasa kemarin, salah satu persyaratan UN sistem komputer yakni rasio jumlah komputer di sekolah dengan siswa 1:3. “Jadi, bila sekolah tersebut memiliki siswa 300 orang, maka sekolah harus menyediakan 100 unit komputer,” kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 3 Bandung Jaenal Asikin, kepada Republika, Kamis (29/1).

Bila melihat dari persyaratan tersebut, Jaenal mengatakan, SMAN 3 Bandung  belum siap untuk menerapkan UN sistem komputer. “Jumlah siswa kelas 12 ada 308 orang, sedangkan jumlah komputer baru tersedia 40 unit,” kata Jaenal.

Menurutnya, bukan langkah mudah untuk menyediakan 60 unit komputer tambahan. Apalagi, dalam surat Balitbang tersebut terdapat spesifikasi komputer yang harus digunakan. “Tidak bisa pakai laptop siswa masing-masing, karena nantinya akan disabungkan ke server tertentu,” ujar Jaenal.

Dikatakan Jaenal, UN dengan sistem komputer memang bagus karena Kemendikbud menyesuaikan dengan perkembangan sekarang. Namun, menurut dia, perlu adanya standar operasional prosedur (SOP) yang jelas terkait UN sistem komputer tersebut. “Kami belum tahu tipe soal UN seperti apa yang akan diujiankan,” ujar Jaenal.

Namun untuk kesiapan siswa, dia optimis,  siswa SMAN 3 Bandung mampu untuk menerapkan sistem tersebut. “Bila fasilitasnya ada dan disediakan oleh pusat, siswa kami siap untuk dilatih,” kata Jaenal.

Kekurangan jumlah fasilitas pun dirasakan oleh SMAN 5 Bandung. Wakasek Bagian Kurikulum SMAN 5 Bandung Suhendri mengatakan, perbandingan siswa dengan unit komputer tidak sesuai persyaratan yang ditentukan. Sama dengan SMAN 3 Bandung, SMAN 5 Bandung juga hanya memiliki satu laboratorium komputer berisikan 40 unit komputer.

Selain itu, Suhendri mengatakan, waktu persiapan yang diberikan oleh pusat terlalu singkat. Padahal selain fasilitas, pihaknya juga harus memikirkan jaringan internet dan psikologis siswa.

Menurut Suhendri, bangunan sekolah SMAN 3 dan 5 Bandung yang tinggi membuat jaringan internet sulit terdeteksi. “Bagaimana bila saat siswa mengerjakan UN lalu mengalami kendala tersebut, misalnya jaringan error,” katanya.

Sebenarnya, pihak SMAN 5 Bandung setuju dengan UN sistem komputer, tapi seharusnya perlu ada SOP yang jelas dan waktu persiapan yang lebih lama. "Kami juga belum tahu, apakah soal boleh dikerjakan secara acak atau tidak,” ujar Suhendri.

Karena itu, kata dia, SMAN 5 Bandung akan merundingkan terlebih dulu keputusan apa yang akan diberikan pada pusat. “Mungkin Senin depan keputusan sudah bisa kami buat,” ujarnya.

Penanggung Jawab Pembuat Komitmen UN 2015 Disdik Provinsi Jabar Yesa Sarwedi Hamiseno mengatakan, keputusan sekolah untuk menjalankan UN sistem komputer ini diserahkan ke kabupaten/kota dan sekolahnya sendiri. “Diusulkan langsung ke pusat sesuai surat dari sana,” kata dia.

Rencananya formulir pernyataan kesiapan sekolah untuk menerapkan UN sistem komputer diserahkan ke pusat pada Jumat (30/1). “Pernyataan kesediaan sekolah akan ditunggu hingga awal Februari,” kata Yesa. N mj01, ed: agus yulianto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement