Selasa 27 Jan 2015 19:19 WIB

Sekolah Butuh Waktu Terapkan Aturan UN Baru

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indah Wulandari
 Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) 2014 di SMP Negeri 1, Jakarta Pusat, Senin (5/5). (Republika/Yasin Habibi)
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) 2014 di SMP Negeri 1, Jakarta Pusat, Senin (5/5). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Sekolah di Indonesia akan menerapkan beberapa ketentuan baru dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Sejumlah guru di Bali menyatakan, sekolah dan siswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan aturan baru tersebut.

Ketentuan baru tersebut, seperti penghapusan metode soal pilihan ganda, UN tak lagi menjadi syarat utama kelulusan, serta sistem UN online di 500 sekolah percontohan di Indonesia.

"Ini memang sesuai dengan perkembangan dan beberapa aturan tidak menjadi masalah, namun UN online ini ke depannya akan menjadi masalah baru," kata Kepala Sekolah SMA Negeri III Denpasar Ketut Suyastra, Selasa (27/1).

Menurut Suyastra, sistem UN online yang akan diterapkan secara nasional pada 2016 perlu dievaluasi kembali. Pemerintah, dinas pendidikan, dan sekolah tak hanya harus mempersiapkan alat yang bagus, namun juga teknologi. Dunia pendidikan bukan hanya berbicara di Jawa dan Bali saja, melainkan di Indonesia.

"Di Bali saja (yang sudah relatif maju), Wi-Finya masih ada yang tidak bagus. Memang ini satu langkah maju, namun pemerintah harus hati-hati dan meninjau dulu, jangan sampai anak didik yang menjadi korban," kata Suyastra.

Mengenai skema ujian isian atau esai, Suyastra yakin hal tersebut tak akan menjadi persoalan bagi 300 siswa yang akan ikut UN tahun ini di sekolahnya. Lantaran selama ini, siswa selalu diberikan soal pilihan, sehingga daya nalar mereka berkurang.

Dengan sistem ujian esai, ujarnya, sistem belajar disempurnakan karena siswa diajak berpikir dan bernalar, bukan memilih.

“Dan lagi, UN lebih kepada media untuk evaluasi siswa, bukan syarat utama kelulusan karena kewenangan meluluskan diserahkan pada guru,” tegasnya.

Guru SMA 1 Denpasar Dayu Tirta mengaku dirinya masih menunggu keterangan lebih detail dari dinas pendidikan terkait aturan baru ini. Meski demikian, dia mengeluhkan perubahan yang fluktuatif yang terjadi akhir-akhir ini di dunia pendidikan, mulai dari perubahan kurikulum hingga sistem ujian.

"Kami guru sifatnya hanya menerima. Namun, pendapat saya, jangan terlalu sering mengadakan perubahan karena itu pada akhirnya membingungkan," kata Dayu.

Dayu mendukung UN tak lagi menjadi syarat utama kelulusan. Pasalnya, ini sudah menjadi perjuangan guru sejak lama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement